Lantaran terdapat bakat yang mengalir deras dalam diri Budi, teknik make-up dan tata rambut mampu ia pelajari secara otodidak dengan mumpuni. Pelanggan pun mulai berdatangan. Termasuk teman-teman kuliahnya. Rasa puas pelanggan atas kepiawaiannya menata rambut dan merias wajah itulah yang menjadi strategi pemasaran tersendiri bagi kesuksesan usaha salon miliknya. Dan berkat promosi dari mulut ke mulut, salonnya pun mulai dikenal berbagai kalangan.
Mengaku sebagai pribadi yang suka berkreasi dan tak pernah lelah mencatat prestasi, Budi pun giat mengikuti berbagai kompetisi potong rambut, make-up, dan sanggul. Kejuaraan diraihnya baik di Jogja, Semarang, bahkan hingga Jakarta. "Kalau untuk kompetisi yang diadakan di daerah rata-rata saya biasa dapat juara satu, tapi di Jakarta saya masuk tiga besar," jelas penata rias yang dipercaya keluarga keraton sejak 1993 ini.
Kini, ia sudah termasuk ke dalam jajaran penata rias senior, dan pada 2010 ditunjuk menjadi juri dalam lomba rias pengantin di Solo bersama perias kondang Tienuk Riefki. Hasil proses kerja kerasnya pun akhirnya terwujud dalam "Rumah Budi Susanto" di Jl. Ringroad Utara No 3 A, Maguwoharjo, Yogyakarta, yang beberapa bulan lalu dibuka.
Di tempat inilah pria yang hobi jalan-jalan dan mencicipi makanan khas daerah ini tinggal dan bekerja. Sentuhan seni pun terlihat dari arsitektur bangunan berkonsep limasan Jawa Timur-an dengan interior barang-barang antik. Sebanyak 20 karyawan kini selalu siap membantu menjalankan bisnis kecantikannya, yang juga beroperasi di Jl. Affandi No. 20 dan di Gardena Department Store & Supermarket, Jl. Urip Sumoharjo No. 40.
Di usianya saat ini, Budi pun terus memanfaatkan waktunya untuk selalu bekerja dengan sungguh-sungguh. "Rencana jangka panjangnya, sih, ingin menikmati hidup saja ha ha ha... Mengelola diri sendiri biar selalu sehat dan nyaman. Sudah, begitu aja," ujar Budi yang tampak awet muda dan selalu tampil energik. Untuk menjaga vitalitasnya, ia berusaha selalu berpikir positif dan mengutamakan istirahat bila sudah merasa letih bekerja.
Kartika Santi / bersambung