Malam itu, suasana warung nasi tempong milik Holisa yang ada di Jl. Thamrin dipenuhi pembeli. Sebagian pembeli ada yang menyantapnya di tempat sebagian lainnya dipesan untuk dibawa pulang. Meski, warungnya sangat sederhana, menempati sebagian teras rumah, dengan menempatkan sejumlah bangku dan meja untuk makan para pembeli, serta tempat duduk lesehan di ruang tamu yang hanya berukuran 3x4 meter yang dialasi karpet. Namun, itu tidak mengurangi kenikmatan para pembeli untuk menikmati nasi tempong Holisa.
Para pembeli terlihat lahap menyantap nasi lengkap dengan lauk, sayur, dan sambalnya. Meski berpeluh dan wajah memerah karena kepedasan, mereka seolah enggan menghentikan menyantap nasi tempong. "Setiap sore saya langganan makan di sini. Masakannya sedap, terutama sambalnya," kata seorang pembeli yang begitu asyik melahap makanan yang ada di tangannya.
Sebenarnya, nasi tempong adalah makanan yang sangat sederhana. Tapi, itu menjadi makanan khas dan idola sebagian besar warga Banyuwangi. Terbukti, setiap sudut jalan tampak warung yang menjual nasi tempong. Entah itu di depan rumah warga atau warung kaki lima. Menu nasi tempong terdiri dari sepiring nasi panas, sayuran rebus seperti bayam, kubis, sawi, terung, atau kangkung. Serta ada satu bahan makanan yang tak bisa dilewatkan saat menyantap nasi tempong, adalah sambal mentah yang super pedas.
Sedangkan lauk yang menjadi kekhasannya adalah ikan asin, tahu, dan tempe goreng. Kendati demikian, setiap penjual nasi tempog biasannya menyediakan beragam lauk lain sesuai selera pembeli. Seperti botok tawon, lele, jeroan ayam, telur dadar, ikan bakar, dan banyak lagi. "Yang jadi syarat utama menyantap nasi tempong, harus dinikmati dalam keadaan nasi masih panas dan sambal super pedas. Jadi, yang makan bersemangat menyatapnya, dengan wajah penuh keringat akibat kepedasan," tutur Holisa sambil tersenyum.