Serba-Serbi Floris Indonesia, Jual Emosi Lewat Bunga

By nova.id, Sabtu, 5 November 2011 | 00:09 WIB
Serba Serbi Floris Indonesia Jual Emosi Lewat Bunga (nova.id)

Bila prinsip elemen ini dijalankan, rangkaian gaya apa pun hasilnya akan harmonis. Sebagai arahan merangkai, bisa digunakan gaya simetrikal dan asimetrikal. Selain lebih umum digunakan, gaya simetrikal memiliki garis tengah dan penyebaran warna yang lebih merata. Sementara, gaya asimetrikal cenderung dramatis dalam hal penataan dan pemakaian bunga.

Serba Serbi Floris Indonesia Jual Emosi Lewat Bunga (nova.id)

"Foto: Dok Pri "

Kolaborasi Bunga Tropis

Bila rangkaian bunga tergolong kecil, saran Sara, jangan gunakan elemen terlalu banyak. Cukup gunakan 3-4 warna. Atau, warna boleh banyak tapi jenisnya sama. Atau, jenis bunga beragam tapi hanya satu warna. Ada pula gaya form linier (minimalis) dan dekoratif. Berbeda dari form linier, pada gaya dekoratif rangkaian bisa ditambah batang-batangan dan lainnya.

Soal gaya rangkaian bunga yang sedang tren, menurut Sara sebetulnya mengikuti desain interior. "Ada gaya minimalis seperti ikebana, atau gaya Eropa konvensional yang bunganya sekelilingnya penuh, juga masih ada," jelas Sara.

Bunga favorit masyarakat Indonesia adalah mawar. Anggrek juga mulai digemari, baik lokal maupun asal Thailand. Yang menarik, imbuh Sara, floris Indonesia mulai merangkai bunga tropis lokal yang notabene jauh lebih cantik dan bervariasi warnanya dibanding bunga impor.

Antara lain pisang-pisangan, bunga crane (bird of paradise), dan enceng gondok. "Padahal, dulu bunga-bunga ini sama sekali tidak dilirik," ujar Sara. Selain memiliki syarat seperti yang sudah dijelaskan Sara, untuk menjadi floris juga harus rajin mencari informasi terbaru, baik dari buku, internet, kursus, maupun jalan-jalan ke toko bunga lain.

"Dan, jangan mengakali bunga agar terlihat segar bila memang sudah layu. Untuk mendekor pernikahan, jangan memilih bunga yang terlalu muda sehingga masih kuncup, dan jangan yang terlalu tua karena akan layu saat acara," tandas Sara.

Hasuna Daylailatu