Menjaring Laba Dari Bisnis Bunga (1)

By nova.id, Selasa, 25 Oktober 2011 | 23:54 WIB
Menjaring Laba Dari Bisnis Bunga 1 (nova.id)

Menjaring Laba Dari Bisnis Bunga 1 (nova.id)
Menjaring Laba Dari Bisnis Bunga 1 (nova.id)

"Foto: Dok Pri "

Tempat Curhat

Untuk memaksimalkan servis, Esty memperlakukan konsumen layaknya teman. "Misalnya, memesan bunga untuk ulang tahun ibunya. Saya tanya dananya, usia sang ibu, suka warna apa, kalau ada contoh bisa dikirim dulu baru bicara dana. Makanya saya banyak teman, kadang ada yang konsultasi, bahkan curhat. Pernah ada yang sedang marahan dengan pacarnya, lalu tanya bunga apa yang pas diberikan. Jadi, saat merangkai saya bisa membayangkan bagaimana sosok orang yang akan diberi bunga."

Bahkan Esty memiliki konsumen yang memesan mulai dari pendekatan sampai menikah. Dekor pernikahan pun Esty yang membuatkannya. Harga yang dipatok Esty mulai dari Rp 200 ribu sampai Rp 1 juta untuk hand bouquet, tergantung banyaknya bunga. "Ada yang merayakan HUT pernikahan ke-40 minta dikirimi 40 batang bunga. Pokoknya lucu-lucu, deh, permintaannya."

Sampai saat ini, Esty dibantu dua pegawai untuk pembuatan bunga papan dan dekorasi wedding. "Kalau bunga meja dan hand bouqet masih bisa saya tangani," papar Esty yang menganggap toko online sejenis bukanlah pesaing. "Mereka partner, sama-sama suka merangkai bunga. Yang penting, memberi yang terbaik buat kilen, pasti dapat order, terutama dari mulut ke mulut."

Ke depannya, Esty berniat memiliki toko sendiri, sayangnya belum menemukan partner yang seleranya pas. "Apalagi saya masih bekerja, kalau punya toko, berarti, kan, harus stand by di toko."

Kini, ibu dua anak ini menambah ilmu lewat kursus rangakaian rumit seperti gaya Jepang atau Eropa. "Tren sekarang seperti rumah minimalis, bunga pun desainnya minimalis," tutur Esty yang pernah menemukan kendala di bahan baku. Ceritanya, saat valentine permintaan naik. Esty memesan bunga via telepon tanpa mengecek ke lapangan.

"Saat kiriman bunga datang, tak semua bunga mekar. Padahal, waktunya mepet dan konsumen sudah mentrasfer uang. Otomatis saya harus membeli bunga segar karena banyak bunga terbuang. Jadi saya akali pakai bunga impor, meski harganya jadi mahal dan saya rugi."

Sehingga Esty berpendapat, sebaiknya miliki kenalan sebanyak mungkin supplier bunga. "Karena beda penyedia, pasti beda kualitasnya."

Noverita K. Waldan/ bersambung