Feri Merasa Terzalimi, Bukan Cari Sensasi (1)

By nova.id, Selasa, 18 Oktober 2011 | 23:45 WIB
Feri Merasa Terzalimi Bukan Cari Sensasi 1 (nova.id)

Feri Merasa Terzalimi Bukan Cari Sensasi 1 (nova.id)
Feri Merasa Terzalimi Bukan Cari Sensasi 1 (nova.id)

"Berikut isi SMS premium yang sekitar 3 bulan ini diterima Feri (Foto: Edwin Yusman) "

Tak Cari Sensasi

Jelas, katanya, ia gentar setelah tahu dituntut balik. "Saya orang biasa, karyawan biasa, ayah tiga orang anak. Saya sama sekali tidak me-ngerti hukum," akunya sambil meneteskan air mata. Ia juga sempat merasa menyesal lapor kasus ke polisi.

"Jadi repot. Setelah saya dilaporkan balik, kasus ini benar-benar menyita waktu dan pikiran sampai saya enggak enak sama kantor. Takutnya, akibat ini saya dinilai kurang fokus dalam bekerja," tuturnya sedih. "Saya sendiri jadi dilema, kok, dituduh bohong dan ditunggangi. Saya kepikiran juga jika saya sampi harus hidup dipenjara, kehilangan pekerjaan. Bagaimana anak dan istri saya?"

Beruntung, pengacara yang mendampinginya sudah menjelaskan semua soal hukum yang bakal dihadapinya. Keluarga besarnya pun memberi dukungan moril agar Feri kuat menghadapi kasus ini. "Makanya saya mengimbau masyarakat agar enggak usah takut melapor ke polisi. Kalau banyak yang melapor, mereka enggak berani membuat laporan balik."

Feri mengaku, ia hanya menuntut haknya sebagai konsumen agar tidak lagi dirugikan. "Saya lakukan ini secara pribadi, tanpa ada yang menungganggi. Enggak ada maksud mencari sensasi. Selama ini saya merasa terzalimi dan menjadi korban. Memang jumlahnya kecil. Kalaupun saya mengganti nomor telepon genggam saya juga bisa, tapi hal itu enggak saya lakukan."

Usaha yang dilakoni penyedia konten seperti PTCN, dinilai Feri harusnya menjadi perhatian para operator telepon genggam. "Saya juga jadi bertanya, di mana posisi operator telepon? Mereka berpihak ke konsumen atau penyedia konten?"

Akan halnya PTCN, kata Feri, belum ada pertemuan. "Saya juga enggak pengin bertemu. Tunggu saja biar nanti terungkap semuanya, siapa yang benar dan salah. Siapa yang bohong dan tidak. Semoga tak lagi muncul korban-korban lain," tutupnya.

 Edwin Yusman F / bersambung