Ketika "Sang Tupai" Akhirnya Jatuh Juga (1)

By nova.id, Rabu, 28 September 2011 | 22:54 WIB
Ketika Sang Tupai Akhirnya Jatuh Juga 1 (nova.id)

Setelah kejadian pertama, saya hanya cerita ke A, teman di ruangan yang sudah saya anggap adik sendiri. A itu tunangannya AIF, sekretaris pribadi G. Saya juga minta pada A agar mengingatkan AIF dan AN agar hati-hati pada G karena mereka berdua juga sering dipanggil ke ruangan G. Insting saya langsung bergerak, minta A mencari tahu apakah AN dan AIF pernah mengalami hal sama. Soalnya, G dengan staf seperti saya saja berani, terlebih saya berjilbab, bagaimana dengan AN dan AIF yang jadi asisten pribadi dan sekretarisnya?

Ternyata?

Benar saja! Setelah saya tanya, AN dan AIF baru cerita, mereka juga mengalami pelecehan seksual oleh G. Pelecehan yang dialami AN terjadi sekitar Maret dan Juli lalu. Padahal, AN yang lulusan S2, adalah anak teman G dan dibimbing tesis secara informal oleh G. Sedangkan AIF menjadi korban paling lama, sejak 2010. Saya dan AN sudah berkeluarga, sedangkan AIF sudah bertunangan.

Pernah mencoba menegur G?

Awal Agustus kami bertiga menemui G didampingi suami dan tunangan masing-masing. Saya terpaksa cerita pada suami karena dia melihat perubahan wajah saya ketika ditelepon AN untuk membicarakan hal ini. Begitu tahu, jelas suami marah. Tapi saat kami "melabrak" ramai-ramai itu, saya minta suami tidak bertindak gegabah. Jangan sekali-sekali memukul G karena bisa-bisa nanti malah berbalik tuduhannya.

Apa isi pertemuan itu?

Dalam pembicaraan, kami semua minta pertanggungjawaban G. Atas inisiatif kami juga, pengakuan yang keluar dari mulut G direkam dalam bentuk video. Just in case suatu saat dia berkelit. Total, ada 13 orang saksi dalam ruangan, termasuk Deputi yang menjadi atasan G. Tapi yang membuat saya kecewa, sikapnya dingin, malah cenderung tidak peduli. Dia juga sepertinya takut bertemu kami, para korban.

Saat itu G janji mau mengundurkan diri setelah Lebaran dan minta maaf pada kami atas kekhilafannya. Buktinya sampai sekarang masih ada di kantor. Kami juga sudah buat pengaduan resmi ke kantor dan atasan G sebanyak dua kali namun tak ada tanggapan.

Apa ada ancaman dari G?

Sempat AIF diancam akan dimutasi ke Papua jika membesarkan kasus ini. Karena memang Papua itu lokasi terjauh, AIF sedikit tertekan. Ancaman ini cukup mengganggu meski G sebenarnya tak punya wewenang untuk memindahtugaskan staf. AIF dan AN akhirnya dikembalikan ke unit kerja satuan teknis, tepat dua hari setelah kejadian tanggal 1 Agustus itu. Mereka tidak lagi menjadi aspri dan sekpri.

Kalau terhadap Anda?

G tidak mengancam secara personal. Dia lebih concern ke pekerjaan. Katanya, kalau pekerjaan saya enggak beres, mau dipindahkan. Begitu pun pada staf yang lain. Cuma saya enggak berpikir dia seserius itu. Dia, kan, doktor, pintar lah. Mungkin dia tahu kalau main ancam malah membahayakan diri sendiri.