Hingga Selasa (27/9) Restiono masih terbaring lemah di ruang perawatan RS.Dr.Oen Surakarta, ditunggui istri dan bos pemilik bengkel. Berulang kali Restiono terlihat menahan kesakitan. Tetapi gerak tubuhnya terbatas. Di lengan kirinya jarum infus masih menancap .
"Senin malam sudah 11 paku yang bisa dikeluarkan dokter lewat oparasi. Satunya masih belum ketemu, tapi operasinya terpaksa dihentikan karena dokternya khawatir obat biusnya keburu habis, dan takut suami saya kesakitan. Jadi yang satu diambil Selasa malam" ucap Ny.Restiono.
Musibah itu benar-benar tidak pernah terpikirkan oleh Restiono. Seperti biasanya, tiap Minggu pagi ia melakukan kebaktian di GBIS Kepunton. Dan hari itu saat ia tiba di gereja, menurutnya semua berjalan normal. Begitu pun saat ia keluar dari gereja usai kebaktian. Tidak melihat hal-hal yang mencurigakan. Tetapi ketika langkahnya sampai di halaman parkir motor, tiba-tiba dari arah belakang terdengar bunyi ledakan yang hebat. Seketika ia merasa kesakitan dan tak ingat lagi apa yang terjadi. "Saya pingsan. Tahu-tahu sudah di rumah sakit. Punggung rasanya sakit sekali. Ternyata setelah dioperasi, punggung saya kemasukan 12 paku," tuturnya lemah. Jemaatlah yang melarikan Restiono ke RS.Dr Oen.
Biaya Ditanggung
Seperti korban bom lainnya, Restiono akan mendapatkan jaminan layanan kesehatan seperti perawatan di ruang kelas tiga dari pemerintah, dan pasca rawat inap hingga pulih seperti sedia kala. Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih yang Senin (26/9) malam menjenguk para korban juga menegaskan hal itu. "Yang penting para korban tidak mengeluarkan biaya apa pun," tegas Menkes saat NOVA menanyakan apakah tidak ada dispensasi untuk menaikkan kelas ruang rawat inap bagi para korban.
Manajer Penunjang Umum RS.Dr.Oen dr. Wililyam Tanoyo mengatakan, rumah sakit punya komitmen untuk menolong para korban hingga sembuh. Selain itu memberikan pelayanan pasca pengobatan dan perawatan kepada semua korban bom bunuh diri GBIS Kepunton, termasuk upaya penyembuhan trauma secara psikologis.
"Kami menyiapkan tim yang terdiri dari para dokter spesialis dari 11 disiplin ilmu. Tim ini adalah gabungan dokter dari RS.Moewardi, Solo, RS.Suharso, Sukoharjo, dan RS.Dr.Oen. Tim gabungan dibentuk oleh Dirjen Upaya Kesehatan, dr.Supriantoro,Sp.P., MARS.," terangnya.Rini