Kecelakaan Maut di Mojokerto, Kisah Perantau yang Berujung Duka

By nova.id, Minggu, 25 September 2011 | 02:06 WIB
Kecelakaan Maut di Mojokerto Kisah Perantau yang Berujung Duka (nova.id)

Kecelakaan Maut di Mojokerto Kisah Perantau yang Berujung Duka (nova.id)
Kecelakaan Maut di Mojokerto Kisah Perantau yang Berujung Duka (nova.id)

"Damiati dan Purwanti merasa berat ditinggal ayahnya, Saeran, yang humoris (Foto: Gandhi) "

Terkenal Humoris

Suasana duka mendalam juga terasa di rumah keluarga Saeran (55), Desa, Bajulan, Loceret. Kelima anak Saeran tak kuasa menahan tangis ketika membicarakan ayah mereka, yang sudah mendududa sejak 11 tahun sepeninggal istrinya. "Bapak sangat baik pada semua orang," kata Damiati (31) anak pertamanya, didampingi adiknya, Purwanti.

Ibu dua anak itu berkisah, ia tak menduga, ucapan janggal ayahnya yang beberapa kali diucapkannya, jadi pertanda sang ayah akan pergi untuk selamanya. Yang dimaksud Damiati, belakangan ini ayahnya sering berkata, apa yang dilakukannya itu merupakan yang terakhir kalinya. Lebaran lalu, Saeran dimintai anak-anaknya membeli sate. Dengan ringan, Saeran membelikannya. "Enggak apa-apa, ini untuk yang terakhir kalinya, kok," kata Damiati menirukan ucapan sang ayah, yang dianggapnya sebagai guyonan belaka.

Demikian pula beberapa hari sebelumnya, ayahnya minta dipijat tetangga. Sang ayah kembali mengucapkan kalimat, "Tolong aku dipijat, ya. Ini juga untuk yang terakhir. Nanti aku enggak akan minta tolong lagi," timpal Purwanti. "Sekarang kami semua baru sadar, ternyata semua ucapan itu sebagai pertanda, Bapak akan meninggalkan kami semua," kata Damiati dengan mata berkaca-kaca.

Damiati menjelaskan, ayahnya amat bertanggung jawab terhadap keluarga. Sepeninggal ibunya akibat sakit lever, ayahnya tak mau menikah lagi. Ia rela hidup sendiri demi anak-anaknya. Ia khawatir, bila menikah lagi, anak-anaknya tak cocok dengan ibu barunya. "Aku tak akan menikah lagi. Biarlah hidup sendiri, yang penting anak-anakku bahagia," kata Saeran kala itu.

Yang membuat semua keluarga besarnya tak bisa melupakan Saeran, karena ia sangat dekat dengan anak-anaknya, bahkan menantu. Yang paling tak bisa dilupakan dari sosok Saeran adalah sifat humorisnya. "Bapak suka goyon sampai kami terpingkal-pingkal," tambah Purwanti.