Perajin Sukses Sulap Limbah Kulit Jadi Tas dan Sandal Cantik (1)

By nova.id, Selasa, 6 September 2011 | 23:36 WIB
Perajin Sukses Sulap Limbah Kulit Jadi Tas dan Sandal Cantik 1 (nova.id)

Perajin Sukses Sulap Limbah Kulit Jadi Tas dan Sandal Cantik 1 (nova.id)
Perajin Sukses Sulap Limbah Kulit Jadi Tas dan Sandal Cantik 1 (nova.id)
Perajin Sukses Sulap Limbah Kulit Jadi Tas dan Sandal Cantik 1 (nova.id)

"Keterampilan yang dimiliki Nihayatun dibagikan ke para ibu-ibu yang kemudian mengambil pekerjaan darinya. (Foto: Gandhi Wasono M) "

Dibantu Ibu-ibu

Setelah merasa cukup percaya diri, mulailah Nihayatun memberanikan diri memproduksi lebih banyak tas. Untuk mendapatkan bahan baku, ia kulakan ke Mojokerto. Sementara pengepul dari Mojokerto itu mengambil limbah kulit dari Tanggulangin, Sidoarjo. Setelah menjadi tas, Nurhayatun menitipkannya ke toko-toko yang ada di Gresik.

Oleh karena bentuknya belum umum, ketika itu belum banyak yang melirik tas produksinya. Apalgi, tas karyanya dihargai atas rata-rata harga tas pada umumnya. "Saya akui, tas karya saya memang untuk konsumsi menengah ke atas. Ini, kan, tas hand made, jadi harganya lumayan lah," papar Nihayatun yang mematok harga dompet terendah Rp 20 ribu hingga tas seharga Rp 400 ribu.

Karena dirasa pasar di Gresik tidak menguntungkan, ia pun mencoba menitipkan di mal yang ada di Surabaya, yakni di Royal Plasa. Ternyata di mal baru itu hasil produksinya mulai diminati. Itu terlihat dari jumlah penjualan yang lumayan meningkat. Model tas maupun dompet yang dibuat juga mulai bervariasi mengikuti tren. Ia kini mengkombinasikan kulit dengan aksesori lain. Misalnya, talinya tak menggunakan kulit saja tapi dengan rantai atau lainnya. "Pokoknya saya ingin karya saya semenarik mungkinlah," tutur Nihayatun.

Merasa mulai diterima di masyarakat, ia mencoba membawa produknya ke Pusat Pelatihan dan Promosi Ekspor (P3E) di Dinas Perinsutrian dan Perdangaggan (Disperindag) Jatim. Oleh pihak Disperindag, setelah dilombakan, tas karyanya terpilih menjadi salah satu pemenang dan berhak dipromosikan ke konsumen luar negeri. "Sejak itu, usaha saya semakin meningkat," papar Nihayatun, yang semakin rajin mempelajari tren tas.

Sejak itu, Nihayatun tak bekerja sendiri, tapi mulai merekrut ibu-ibu tetangga untuk diajari membuat tas. Dan untuk memudahkan pengerjaan, sang suaminya membelikan dua mesin, yaitu mesin untuk pengupas kulit dan mesin untuk melubangi kulit. "Jadi hasil kerjannya lebih rapi dan cepat," ungkap Nihayatun yang saat ini sudah dibantu sekitar 30 ibu-ibu yang mengambil garapan pekerjaan ke tempatnya.

Rambah Sandal

Saat ini, lanjut Nihayatun, ia tak hanya mengajari ibu-ibu saja tapi sudah lebih luas lagi, yakni memberi training kepada ibu-ibu perajin UKM dibawah PT Petromikia Gresik. Dengan harapan, setelah berhasil, ibu-ibu tadi bisa mengambil garapan ke tempatnya. "Karena, pekerjaan ini murni hande made, jika tidak ditunjang tenaga kerja yang memadai dan mencukupi tentu akan kesulitan untuk memproduksi lebih banyak," papar Nihayatun yang dalam sebulan bisa menjual sekitar 150 tas.

Untuk menjaring pembeli dari luar daerah, ia juga aktif ikut pameran di Jakarta, seperti Inacraft, Indocraft, atau Pekan Raya Jakarta (PRJ) setiap tahunnya. "Para konsuman, baik dari dalam maupun luar negeri, setiap ada pameran seperti itu pasti datang semua, sehingga saya dengan mudah menjalin kontak bisnis dengan mereka," imbuh Nihayatun yang menerima pesanan dengan desain khusus.

Saat ini, selain membuat tas dan dompet, ia juga sudah merambah membuat sandal wanita berbahan sama. Potongan limbah kulit itu, agar cantik penampilannya, dirajut bagian tepinya. Produk sandal yang baru dikeluarkan beberapa waktu lalu itu juga mulai dilirik banyak pembeli. Sandal-sandal itu, lanjut Nihayatun dijual dengan harga yang masih relatif murah. Untuk sandal dengan hak yang rendah Rp 50 ribu, sedangkan sandal dengan hak yang tinggi Rp 70 ribu. "Saya yakin, sandal ini kelak juga akan berpotensi baik ke depannya," ujar Nihayatun mantap.

Gandhi Wasono M / bersambung