Ibu dan Dua Anak Terkubur Longsor

By nova.id, Rabu, 10 Agustus 2011 | 01:36 WIB
Ibu dan Dua Anak Terkubur Longsor (nova.id)

   Setelah kejadian ini syukurlah Pak Kepdes akan memberikan kami lahan lagi untuk tempat tinggal. Kami tak bisa membalas akebaikan hati Kepdes. Hanya Tuhan yang membalasnya. Tapi, mudah-mudahan kali ini kami jangan lagi tinggal dipermukiman penduduk dipinggir kota Brastagi yang berada di lembah yang rawan longsor. Kami berharap jangan ada lagi korban.

   Dimataku, istri Ginem adalah wanita yang gigih dan pekerja keras.Dia sangat tahu dengan kondisi suaminya. Membuat dia harus turun tangan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tapi, karena Ginem punya penyakit asam urat jadi dia hanya bisa  sehari, dua hari atau tiga kali seminggu ambil upahan ladang orang.

   Sama seperti  ibunya, anak nomor empat Juwita juga baik dan patuh pada orang tua. Satu hari puasa yang lalu. Saya menyuruhnya masak untuk lauk daun singkong ditumbuk. Saya bilang 'bapak yang numbuk daun singkongnya,kamu yang giling bumbunya'. Dia juga tak lupa buat teh manis buat ibunya. Setelah itu dia beres-beres rumah.

   Sehari-hari Juwita anaknya pendiam tak banyak omong. Dia juga selalu juara kelas. Sebenarnya kami sempat buka puasa pertama waktu itu. Sekarang semua hanya tinggal kenangan dan saya mau tenang dulu. Apalagi, kini saya tak punya rumah lagi. Saat ini saya menumpang di rumah adik saya, Saniem.

Mungkin, tanda-tanda sudah 'terbaca' saat  itu. Namun, tak diperhatiin sekali. Misalnya, walau saat itu hujan deras tapi saya ngotot nyuruh anak sulung saya Basuki untuk pergi merantau kerja di Sidikalang. Bhakan,istri saya juga berkeras agar Basuki pergi saat itu juga.Memang aneh juga kalau ada ortu yang memaksa  anaknya pergi walau hujan deras. Namun, kalau Basuki masih ada di rumah mungkin dia juga jadi korban.Ah...entahlah.

 Anak kedua saya Sinta Dewi (22) yang saat itu minta dijemput dari kerjanya di pabrik roti. Namun,karena hujan deras, saya minta agar dia minta tumpangan dengan rekan kerjanya yang melewati rumah kami. Jadi, kalau Sinta saat itu sudah berada di rumah mungkin dia juga akan 'menyusul' ibu dan adik-adiknya. Kalau mikir-mikir itu rasanya perih hati ini.

Anak bungsu Ubay juga sempat disyooting abangnya Basuki dari telepon selularnya, sehari sebelum kejadian itu.Tapi,nggak tahu kenapa Ubay hanya mengintip-intip saja waktu itu.Anak saya Sinta juga sebenanrya bulan November ini akan resmi menikah.Tapi, sekarang kami akan berembug lagi membicarakan pernikahan ini.

Sekarang saya ingin menata kehidupan lagi dari dari nol.Saya ingin cari kerja lagi.Pekerjaan saya sehari-hari buruh lepas. Saya bekerja bukan untuk diri sendiri saja tapi saya cari kerja buat anak-anak saya. Walau pun anak saya sudah menikah tapi tak ada salahnya saya bantu juga.Debbi Safinaz