Pengalaman pertama yang mengesankan Ida sebagai Bupati, sehari pasca pelantikan pada 27 Juli 2010, ia dibawa ke Tawangmangu (Surakarta) untuk membahas anggaran APBD. "Waduh saat itu saya belum paham masalah pembahasan anggaran daerah. Makanya, saya belajar dan konsultasi terus sama Bapak. Sampai sekarang pun, kalau saya belum paham betul akan sesuatu masalah, saya belum mau tanda tangan. Banyak, kan, Kepala Daerah yang akhirnya berurusan dengan hukum karena kebijakannya dianggap salah. Saya tak mau seperti itu."
Selama 10 tahun pemerintahan Idham, Bantul tertutup untuk pembangunan mal. Kebijakan ini, kata Ida, akan terus ia pertahankan. "Malah sudah di-Perda-kan. Sebagian besar kehidupan masyarakat Bantul mengandalkan pada pasar tradsional. Memang, pasar swalayan bisa jual harga murah, tapi lambat-laun akan mematikan mata pencaharian rakyat Bantul. Sering saya dibujuk pemilik swalayan besar akan diberi 50 gerobak asal mengizinkan bisa membuka swalayan. Saya bersitegas menolak," papar Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia, (APPSI) Bantul ini.
Sebaliknya, Ida akan terus merevitalisasi pasar tradisional dan sarana umum yang bisa bermanfaat untuk memasarkan produk kerajinan, industri kecil, dan pertanian warga Bantul. "Saya juga akan melengkapi Taman Seni Gabusan (TSG) dengan memasang pesawat udara bekas di halaman. Itu pesawat hibah. Saya ingin TSG tak cuma menampung hasil kerajinan dan kuliner rakyat Bantul. Tapi juga jadi sarana wisata dan bermain buat anak dan keluarga. Biar tempat itu semakin banyak dikunjungi wisatawan."