Sudah dua periode Hj. Badingah, S. Sos terpilih menjadi Wakil Bupati Gunung Kidul, yaitu periode 2005-2010 dan masa bakti 2010-2015, mendampingi bupati terpilih Sumpeno Putro. Namun, Sumpeno meninggal dunia pada November tahun lalu, hanya beberapa bulan setelah dilantik. Badingah pun naik menjadi bupati dan resmi dilantik beberapa bulan lalu. "Saya tak pernah bercita-cita jadi wakil bupati, bahkan bupati seperti sekarang ini," kisah Badingah, saat dijumpai di ruang kerjanya.
Sebelumnya, Badingah dikenal sebagai pengusaha dan aktif di berbagai organisasi sosial masyarakat di Gunung Kidul. "Dulu, saya ini bakul (penjual) minyak gayung. Waktu itu, orang beli minyak pakai gayung, belum dalam kemasan seperti sekarang. Lalu saya jualan pecah-belah seperti gelas dan piring. Saya kulakan beberapa lusin pecah belah, lalu saya tata dus-dusnya supaya kelihatan banyak," ujar Badingah.
Usaha Badingah makin berkembang. Ia membuka usaha mebel dan optik. Selain itu, ia mendampingi tugas suami yang aktif di partai politik. Sang suami, H. Wasito Donosaroyo yang menjabat Ketua DPRD Gunung Kidul meninggal dunia pada 2002.
Ibu tiga anak ini tak mau larut dalam duka berkepanjangan. Ia ingin hidupnya bermanfaat bagi orang lain. Ia pun giat berorganisasi. Bahkan, sampai aktif di 29 organisasi wanita, termasuk Gapensi, Perwosi, Wanita Islam, dan menjadi Ketua IWAPI. "Saya jadi punya banyak teman dan sering terjun langsung ke masyarakat. Misalnya bersama kelompok pengajian ikut membagi zakat. Saya tak punya tujuan apa-apa selain berbuat kebaikan untuk masyarakat. Saya ikhlas," katanya.
Ternyata, itu menjadi modal penting baginya ketika maju menjadi wakil bupati pada 2005. "Waktu itu, saya banyak dilamar untuk jadi wakil bupati, termasuk periode 2010." Badingah bersedia memimpin Gunung Kidul agar bisa berbuat lebih banyak bagi warga. "Ternyata warga Gunung Kidul niteni, mereka ingat apa yang saya lakukan ketika terjun langsung ke masyarakat," ujar Badingah yang dipilih langsung oleh masyarakat.
Bantu Bibit Lele
Pengalaman menjadi wakil bupati dan sebagai putra daerah membuatnya amat mengenali warganya. Ia pun meneruskan program yang sudah disusun sebelumnya. "Banyak sekali program kami dalam hal pengentasan kemiskinan. Sekarang yang terpenting adalah soal air. Ketersediaan air di Gunung Kidul saat kemarau amat memprihatinkan. Apalagi, daerah yang tak punya sumber air. Kami harus droping tangki-tangki air yang disalurkan ke kecamatan dan desa-desa, bahkan langsung ke masyarakat."
Badingah mengatakan, pihaknya juga terus berupaya mengembangkan potensi wilayah pertanian dalam arti luas, termasuk perikanan, peternakan, dan kehutanan. "Terutama mendorong pengembangan usaha mikro ekonomi warga. Masyarakat petani, kan, menghasilkan tanaman pangan. Nah, kami berupaya, mereka mengolah lebih dulu hasil pangannya, sehingga punya nilai tambah. Misalnya pisang atau ubi, diolah jadi kripik. Kami berusaha mengubah mind set mereka dengan memberi berbagai pelatihan."
Menariknya, program ini lebih menyentuh kaum perempuan. Badingah memang ingin kaum perempuan di daerahnya punya peran penting dalam ekonomi keluarga. "Saya selalu mendorong peningkatan kualitas perempuan. Sebab, akan menghasilkan anak-anak yang juga berkualitas. Alhamdulillah, sekarang sudah banyak kaum perempuan ikut menggerakkan ekonomi keluarga," tuturnya. Badingah juga mengedepankan program Posyandu Plus. "Kami adakan sebulan sekali. Mulai dari balita, remaja, sampai lansia berkumpul. Ada fasilitas kesehatan, PAUD, dan kegiatan lain. Juga dialog langsung dengan warga. Kami berusaha menjawab persoalan mereka," papar Badingah.
Ada lagi program Badingah yang menggelitik, yaitu "lelaki sintal". Ini singkatan dari lele lahan kering sistem terpal. "Di Gunung Kidul, konsumsi ikan untuk anak-anak rendah. Perlu upaya agar anak-anak senang makan ikan. Nah, rumah tangga miskin kami bantu bibit lele dan terpal untuk bikin kolam lele. Pakai terpal karena kolamnya mengandalkan air hujan. Dengan program ini, saya harap kebutuhan ikan dalam keluarga bisa terpenuhi. Bukan tak mungkin bisa dijual untuk menambah penghasilan keluarga."
Diakui Badingah, salah satu kendala pembangunan di wilayahnya adalah kondisi geografis dengan jalan berkelak-kelok. Ia berharap, kelak bila proyek Jalan Lintas Selatan yang melintasi Gunung Kidul selesai, akan membuka wilayahnya. "Saya yakin ekonomi Gunung Kidul akan menggeliat. Apalagi, kami punya potensi. Salah satunya dari pariwisata. Selain pantai, Gunung Kidul kaya sekali akan goa yang indah. Salah satunya Goa Pindul yang begitu indah. Di sana, ada pemandu wisatawan untuk menyusuri keindahan goa."
Rini, Henry / bersambung