Berbeda dengan kupat glabed lain, "Di sini cabai yang digunakan benar-benar cabai segar bukan cabai rebus. Kata almarhum Bapak, cabai segar akan membuat cita rasa makanan terasa semakin segar dan pedas. Lagi pula, kalau pakai cabai segar, bisa kelihatan apakah cabainya busuk atau tidak," imbuh Sodikin.
"Bapak juga melakukan improvisasi terhadap satainya. Dulu, bumbu satainya lebih kering seperti serundeng, sekarang agak berkuah. Jenis satainya juga beragam. Kalau dulu hanya ada satai kerang, sekarang ada satai ayam dan satai kikil. Semua itu dilakukan Bapak karena permintaan pelanggan. Alhamdulillah semuanya senang," papar Sodikin yang menjual kupat glabed per porsi Rp 5 ribu dan aneka satai Rp 1.500 per tusuk.
Khusus untuk meracik bumbu dan menyiapkan segala bahan, dipercayakan kepada kakak ipar Sodikin. "Sejak siang sudah mulai belanja dan memasak sayur. Ketupatnya, sih, sudah dibikin dari pagi karena butuh waktu memasak yang agak lama. Kami juga enggak memakai pengawet, pewarna buatan atau penyedap. Karena pakai bumbu dan bahan yang segar, rasanya pasti beda," tukas Sodikin seraya sedikit berpromosi.