Keraton Art Festival Ke-3, Cara Lestarikan Budaya & Tradisi Jawa (1)

By nova.id, Minggu, 10 Juli 2011 | 23:27 WIB
Keraton Art Festival Ke 3 Cara Lestarikan Budaya Tradisi Jawa 1 (nova.id)

Keraton Art Festival Ke 3 Cara Lestarikan Budaya Tradisi Jawa 1 (nova.id)
Keraton Art Festival Ke 3 Cara Lestarikan Budaya Tradisi Jawa 1 (nova.id)
Keraton Art Festival Ke 3 Cara Lestarikan Budaya Tradisi Jawa 1 (nova.id)

"Penari Bedhoyo Ketawang mementaskan tarian sakral selama 1,5 jam di hadapan SISKS PB XIII Hangabehi. Tamu undangan menyaksikannya dari Pendopo Ageng Sasono Sewoko. (Foto: Romy Palar) "

Tarian Sakral

Pendopo Ageng Sasono Sewoko di Keraton Surakarta menjadi tempat berlangsungnya acara Tingalandakem Jumenengan ke-7 SISKS PB XIII Hangabehi. Acara yang dimulai sejak Senin (27/6) pagi ini diikuti para putra-putri raja, kerabat keraton, abdi dalem, pejabat, tamu undangan, dan masyarakat. Serangkaian kegiatan dilaksanakan agar tata cara dan upacara adat ini lebih memberikan makna, tidak saja sebagai salah satu simbol khasanah budaya Jawa.

Ketika upacara dilaksanakan, juga dipentaskan Tari Bedhoyo Ketawang selama 1,5 jam. Tarian itu melambangkan hubungan antara Raja Mataram dengan Kangjeng Ratu Kidul, penguasa laut selatan. Dengan diterangi lampu Robyong Kyai Remeng, Tari Bedhoyo Ketawang dipentaskan di hadapan raja dan tamu.

Saat tarian Jawa klasik ini dipentaskan, raja tampak kerap memperhatikan dan larut dalam keadaan sakral. Tamu undangan diharapkan juga demikian. Hal itu mempunyai makna, sampai di sini langkah manusia harus lebih waspada dan diusahakan dengan sabar menahan hawa nafsu. Sebab tempat itu adalah lokasi bersatunya rasa yaitu alam yang sunyi, kekal, dan tenang.

Sembilan penari terdiri dari delapan putra-putri yang masih memiliki hubungan darah dan kekerabatan dari keraton. Konon, di dalam formasi tarian, penguasa laut selatan ikut menari sebagai tanda penghormatan kepada raja-raja penerus dinasti Mataram. Tarian yang dibawakan sembilan penari wanita ini menggambarkan perjalanan manusia dalam mengendalikan hawa nafsunya.

Angka 9 sebagai simbolisasi unsur pengendali nafsu manusia, dimana ada 9 unsur hawa nafsu yang dimiliki seorang manusia. Tarian ini diiringi syair Sekar Macapat Pangkur yang diciptakan SISKS Paku Buwono I. Pada Rabu (29/6) malam harinya, digelar wayang orang dan diakhiri dengan wayang kulit oleh pokoso cabang Kota Solo, di pagelaran Keraton Surakarta.

Wayang orang ini dimainkan oleh keluarga besar SISKS PB XIII. Menurut, KGPH Benowo selaku Wakil Pengageng Museum dan Pariwisata Surakarta, wayang orang sudah diadakan dua kali di pagelaran, sebagai sumbangan dari Sekar Budaya Nusantara pimpinan Ibu Nani Soedarsono (KRAy Sedarmirah).

"Beliau orang yang sangat peduli pada wayang orang dan menghidupkannya kembali agar dicintai masyarakat. Inilah bagian dari Jumenengan Dalem. Lakonnya Gatot Kaca Menagih Janji. Hikmah bagi para wakil rakyat yang menjadi pemimpin agar mereka menepati janjinya, tak hanya mementingkan diri sendiri dan golongannya saja."

Acara malam hari itu pun ditutup oleh pemberian kenang-kenangan dari keraton kepada mereka yang terlibat dalam pementasan wayang orang, seperti sutradara, penabuh gending, dalang, dan penanggung jawab acara.

Ade Ryani/ bersambung