Didemo dan Diusir
Tak kuduga, gayung bersambut. Tiba di rumah, sudah ada wartawan menunggu untuk wawancara. Esok harinya, persoalan ini sudah muncul di surat kabar diikuti dengan kedatangan seorang wanita berambut panjang ke rumahku. Dia bertanya panjang lebar soal kasus contek massal yang dialami Alifa'. Belakangan kutahu, dia adalah Bu Risma, Walikota Surabaya. Aku jadi terharu. Bayangkan, walikota mau datang ke rumahku! Aku kagum pada Bu Risma yang mau terjun langsung mendalami kasus ini. Esoknya, giliran Prof. Daniel M. Rosyid dari tim independen yang dibentuk walikota, mengunjungiku untuk menggali data dariku dan Alifa'.
Kegembiraanku ternyata harus dibayar amat mahal. Rumahku didemo sekitar 50 anak sekolah yang berteriak-teriak di depan rumah sambil membawa poster yang isinya menghujat diriku. Selesai? Belum! Esoknya, aksi demo membesar. Yang datang bukan hanya anak-anak tapi juga para orangtuanya. Mereka berteriak-teriak di depan rumah sementara aku tetap berada di dalam kamar. Aku menangis minta kekuatan kepada Allah. Aku terus bertanya-tanya, mengapa usahaku membongkar kebobrokan sekolah justru menuai hujatan seperti ini.
Puncaknya terjadi Kamis (9/6). Saat itu sebenarnya akan dilakukan mediasi yang dilakukan oleh tim independen dengan warga. Seharusnya mediasi ini bisa membawa perdamaian di antara kami. Tapi ternyata warga sudah beringas, mereka terus menghujatku. Anehnya, warga meminta pemerintah untuk tidak menghukum Pak Fat dan Pak Suk, yang saat itu memang sudah diberi sanksi oleh Diknas. Teriakan "Usir! Usir!" terdengar dari mana-mana. Usaha Pak Daniel tak mampu meredam emosi mereka. Karena suasana semakin tak menentu, aku dievakuasi oleh polisi ke Polsek Tandes.
Aku benar-benar ketakutan. Siapa, sih, yang tidak ciut dikepung ratusan orang. Aku tak tahu apa jadinya andaikata tidak dibentengi polisi. Itu pun masih ada saja ibu-ibu yang berusaha menerobos dan menarik jilbabku. Aku tahu siapa semuanya, sebab sebagian dari mereka tetanggaku sendiri. Sungguh kejadian ini membuatku trauma luar biasa. Untungnya, sehari sebelum kejadian, aku sudah mengungsikan anak-anak ke Benjeng, ke rumah keluargaku.
Gandhi Wasono M. / bersambung