Kisah Sedih PRT Korban Penganiayaan

By nova.id, Jumat, 17 Juni 2011 | 23:39 WIB
Kisah Sedih PRT Korban Penganiayaan (nova.id)

Kisah Sedih PRT Korban Penganiayaan (nova.id)
Kisah Sedih PRT Korban Penganiayaan (nova.id)

"Ropiah (Foto: Debbi) "

Dibawah UmurNamun, sampai di Medan Ngatinem  semakin tak mengerti kalau dia akhirnya kerja di rumah  boru Tobing di Jl Pabrik Tenun. Sejak enam bulan lalu Ngatinem mulai kerja di rumah boru Tobing yang memilki dua orang anak dan dua orang cucu itu.Belakangan Ngatinem baru tahu kalau salah satu anak perempuan boru Tobing adalah seorang polisi, Kompol Elisabeth.

 "Ya sudahlah apa boleh buat, saya kerja di rumah boru Tobing harus saya terima. Mungkin itu sudah jalan hidup saya.Hari demi hari saya lalui di rumah besar yang berpekarangan luas.Namun, dua bulan belakangan ada lagi seorang PRT dari Jawa yang kerja di rumah itu.Nama PRT itu Ropiah. Namun, malangnya perempuan itu baru berumur 14 tahun," ujar Ngatinem sedih.

Ternyata bukan hanya Ngatinem yang bernasib tragis. Ropiah (14) juga mengalami nasib tak beruntung seperti  Ngatinem. " Saya mau jadi PRT karena ingin bantu meringankan beban orang tua. Ayah saya sehari-hari kerja sebagai buruh bangunan di Brebes. Untuk menghidupi istri dan kedua anaknya ayah sering tak sanggup. Makanya dalam hati kecil saya ingin bantu beliau," ujar Ropiah, PRT yang masih dibawah umur.

"Awalnya saya berdua teman dibawa ke sebuah Yayasan di Jakarta Barat. Namun, saat saya hendak dibawa kerja, teman itu tidak ikut. Saya juga enggak terima kerja di Medan. Maunya saya kerja di Jakarta saja. Tapi, permintaan saya enggak digubris yayasan," ungkap Ropiah kesal.