"Kami Tak Sekejam Itu!"

By nova.id, Senin, 30 Mei 2011 | 22:11 WIB
Kami Tak Sekejam Itu! (nova.id)

Kami Tak Sekejam Itu! (nova.id)
Kami Tak Sekejam Itu! (nova.id)

"AKBP Anom Wibowo menyatakan dua babysistter yang juga bekerja pada keluarga Tan Fang berada dibawah perlindungan polisi (Foto: Gandhi Wasono M) "

Emosi Sesaat

Tak hanya kehidupan ekonominya saja yang berantakan, kehidupan sosial Lyd juga ikut porak-poranda. Ia mengaku amat takut pada pandangan masyarakat. Saking hebohnya pemberitaan, beberapa kerabat juga menolak menampung anak-anak Lyd yang masih kecil-kecil. "Mereka khawatir jadi ikut-ikutan terlibat."

Bahwa seluruh keluarganya menyiksa Marlena, tak dipungkiri perempuan ini. "Tapi tidak sekejam seperti yang diberitakan media," sanggahnya. "Kalau memang keluarga saya melakukan kekerasan sejak dulu, tentu sejak lama semua pembantu sudah kabur dari rumah kami. Tapi nyatanya tidak. Ada pembantu kami yang bernama Sulasmi, dulu ibunya ikut ibu saya, sekarang Sulasmi ikut saya. Kalau kami memiliki sifat kejam, mana mungkin dia mau ikut keluarga kami," ujarnya.

Dengan Marlena pun, tuturnya, awalnya keluarganya tak bermasalah. Marlena juga sering diberi bonus setiap hari raya karena pekerjaannya baik dan cakap. Keluarga besarnya baru khilaf setelah berbagai barang, termasuk perhiasan kado perkawinan orangtuanya pada tahun 2007 lalu, raib dari tempatnya. "Setelah kami tanyai, baru Marlena mengaku sebagai pelakunya. Kami jadi emosi sesaat dan sempat menempeleng serta mencubit Marlena," aku Lyd.

Wajar Jewer

Sementara pengacara keluarga Tan Fang, Pieter Talaway, SH, CN., berharap polisi lebih bijak menagani kasus ini. "Seharusnya polisi tidak sekadar menerima pengaduan korban, tetapi juga mencari sebab mengapa pelaku melakukan penganiayaan. Kami akui klien kami memang melakukan penganiayaan, tapi seharusnya juga dicari penyebabnya."

Apalagi, lanjut Pieter, penganiayaan yang dilakukan para pelaku juga tidak sedramatis yang seperti pemberitaan belakangan ini. Misalnya saja, katanya Marlena dirantai dan tidur di kandang anjing. "Klien kami tak punya kandang anjing," tutur Pieter sambil menambahkan, penahanan Ron dianggapnya berlebihan. "Dia memang sempat menjewer korban karena kesal korban menuduh Tan Fang yang justru mengambil perhiasan. Sebagai anak, kan, jengkel ibunya yang dibilang mengambil perhiasan. Jadi wajar, karena emosi dia ikutan menjewer. Nah, masak begitu saja harus mendekam di tahanan."

Selain itu, sikap polisi yang hingga kini masih menyembunyikan keberadaan Dwi Fitri Noryani dan Sulasmi, juga membuat Pieter bertanya-tanya, "Kenapa, sih, kok terlalu diumpetin?"