"Rochim kini mampu mengembangkan usahanya menjual suwar-suwir khas Jember (Foto: Gandhi Wasono M) "
Di awal usahanya, Rochim tak langsung mendapat untung besar. Ia benar-benar harus merangkak dari bawah untuk mengembangkan usahanya. Rochim pun tak langsung berani membuat suwar-suwir dalam jumlah banyak. Sekali pembuatan hanya menjadi beberapa kilogram suwar-suwir saja. Setelah dikemas, kemudian ia titipkan ke toko-toko yang menjual aneka oleh-oleh khas Jember.
"Lambat laun usaha saya makin berkembang. Tapi, saat ini produksinya stabil saja, tak bisa terlalu meningkat, mengingat saat ini produsen suwar-suwir makin banyak." Seiring waktu, sejumlah produsen suwar-suwir termasuk Rochim lalu berinovasi menciptakan suwar-suwir dengan berbagai rasa, seperti cokelat, sirsak, dan lainnya.
Dulu, lanjut Rochim, pembuat suwar-suwir memang memerlukan fisik yang kuat, mengingat proses membuatnya yang makan waktu hingga dua jam. Si pembuatnya tak boleh berhenti mengaduk adonan tape dan gula yang dimasak di atas tungku. "Tapi sekarang, pengaduknya sudah pakai mesin yang dijalankan dengan dinamo dan sumber listrik," papar Rochim.
Tanpa bermaksud berpromosi, katanya, meski saat ini banyak produsen suwar-suwir, Rochim tak takut bersaing. Sebab, kualitas suwar-suwir buatannya dinilai memiliki cita rasa yang istimewa. "Di manapun juga, suwar-suwir itu bahannya cuma gula dan tape, tapi karena kami punya takaran yang pas, ditunjang tape berkualitas, jadi hasilnya berbeda," ujar Rochim bangga.
Rochim pun lalu berbagi cara membuat suwar-suwir istimewanya. Tape yang akan dimasak dengan gula, terlebih dulu harus dipilih satu per satu dan dihilangkan seratnya. Tapenya ia dapat dari pemasok di Bondowoso, yang memang merupakan sentra penghasil tape, sekaligus daerah yang memiliki rasa tape yang terkenal istimewa dan belum ada yang menandingi.
Saat ini, dalam sekali pembuatan yang dilakukan dua hari sekali, Rochim membuat suwar-suwir dari 30 kilogram tape dan gula. Jumlah itu, jelasnya, pada proses pembuatannya akan mengalami penyusutan sekitar 30 persen. Setelah jadi adonan, kemudian dicampur esens. Selanjutnya didiamkan untuk mengalami proses fermentasi beberapa saat agar adonan mengeras. Kemudian dipotong-potong, dilapisi plastik dan dikemas. "Sampai sekarang saya masih menitipkan suwar-suwir ke toko-toko penjualan oleh-oleh yang ada di Jember," kata Rochim seraya mengatakan, suwar-suwirnya dibuat tanpa bahan pengawet dan mampu bertahan hingga setahun lamanya. "Gula, kan, juga berfungsi sebagai bahan pengawet," imbuh Rochim.