Icha Menipu, Umar Siap Nikah Lagi

By nova.id, Minggu, 10 April 2011 | 00:25 WIB
Icha Menipu Umar Siap Nikah Lagi (nova.id)

Icha Menipu Umar Siap Nikah Lagi (nova.id)

"Foto Nikah Icha dan Umar "

 Capek dan ngantuk! Kondisi itulah yang dirasakan Muhammad Umar. Dari mulai tak masuk kerja, ke kantor polisi memenuhi BAP, meladeni pertanyaan wartawan, ataupun wawancara di teve, Umar mengaku ingin istirahat dan lepas dari semua masalah ini. Tapi semua itu tetap tak bisa dilakukan, apalagi ketika atasannya datang ke rumahnya, di RT 001/02 Kampung Bojong Sari, Jatiasih, Bekasi.

Sejujurnya Umar enggan mengingat masalah yang menimpa dirinya, apalagi bertemu dengan Fransiska Anastasya Octaviany alias Rahmat Sulistiyo alias Icha yang menikah dengan dirinya, 19 September 2010. "Kalau bisa, sih, enggak usah ketemu dulu, deh, dengan dia. Buat apa? Semua foto-foto kami sudah saya serahkan ke polisi. Ngapain juga saya menyimpan foto-foto tersebut," tandas Umar.

Meski begitu, Umar mengaku tidak dendam kepada Icha, istrinya yang kemudian diketahui berjenis kelamin laki-laki ini. "Ini namanya cobaan tidak selamanya hidup itu lancar. Untungnya banyak dorongan dari masyarakat, teman kantor, dan orangtua yang terus mendukung saya agar tetap semangat. Tiap malam mereka tetap kumpul di rumah saya. Sikap mereka tidak berubah sama seperti sebelumnya," tutur Umar yang mengajar ngaji anak-anak di sekitar rumah.

Umar ingin mengikuti hukum dan prosedur yang berlaku. "Penginnya cepat beres, tidak mau berlama-lama karena cape harus mengulang cerita yang sama. Intinya ini musibah, insya Allah ada hikmah di balik itu. Saya bisa belajar dari pengalaman yang telah dilalui. Cukup saya dan keluarga yang mengalami jangan terulang masyarakat lain."

Anak tunggal ini mengaku akan lebih berhati-hati terutama saat mengenal lawan jenis. "Semua memang kembali ke diri sendiri bagaimana mensikapi pergaulan, saring mana teman yang baik dan tidak," kata Umar yang akan mulai bekerja pekan depan ini. "Kasihan orangtua saya, jangan suruh Ibu cerita takutnya depresi. Bahkan Bapak belum tidur sama sekali. Saya saja baru tidur 15 menit sudah bangun karena ada teman datang."

Kenal Lewat HP   Lalu, apa sebenarnya terjadi? Umar mengaku mengenal Icha pertama kali gara-gara Icha salah menelepon. "Ada telepon masuk dan salah alamat. Tapi obrolan kami berlanjut dan nyambung," kenang Umar. Mereka pun bertemu muka dan Icha memberikan alamat FB. "Saya sendiri enggak bisa, tuh, main FB, tapi yang penting tahu saja."

Diakui Umar sebelum mengenal Icha, pernah senang dengan beberapa perempuan. "Saya ini laki-laki normal suka wanita cantik dan naksir dengan mereka. Tapi hanya sebatas itu saja, tidak menjurus ke arah yang negatif. Buat apa malah bikin dosa."

   Ketika ditanyakan apa yang membuat dirinya klik dengan Icha, Umar mengaku biasa-biasa saja. "Orangnya biasa-biasa saja, enggak ada istimewanya. Sama seperti perempuan lain, berpakaian sederhana dan berkerudung," kata Umar yang mengaku Icha sosok yang ramah, ramai, lucu, dan "bocor". "Sementara saya orangnya pendiam, dia kebalikan dari saya. Mungkin itu yang membuat kami cocok."

"Masing-masing orang itu, kan, ada kelebihannya tidak ada yang sempurna. Ya layaknya orang senang bagaimana, sih, sulit diutarakan." Kepada Umar, Icha mengaku bekerja sebagai pramugari. "Saya enggak ngerti juga, ada pramugari pakai jilbab. Pokoknya percaya pekerjaan dia apalagi bahasa Inggrisnya lumayan. Bahkan mengaku kuliah di UPN semester 3. Saya juga pernah ajak dia ke kantor saya. Tapi saya belum pernah ke kantornya atau ke rumah orangtuanya."

Kalau ngobrol dengan teman-temannya pun, Icha tidak pernah duduk berdekatan. "Duduknya juga jauh-jauhan. Saya sama sekali tidak curiga karena ketemunya selalu malam dan tidak memperhatikan kondisinya. Warga mungkin memperhatikan karena tiap hari lihat." Bahkan suara Icha pun merdu bukan suara laki-laki. "Saat mengaji suaranya indah."

Merasa cocok, Umar pun membawa Icha ke rumahnya dan dikenalkan ke orangtuanya. Kepada sang ibu, Minah, Icha pun mampu menarik perhatian. "Pendidikannya tinggi bahkan kuliahnya selesai. Umar, kan, enggak mampu karena tidak ada biaya, jadi hanya sampai SMA. Saya percaya dan kami cepat akrab saat ngobrol. Apalagi dia pintar ngaji, baca Alquran, yasin. Saya makin kagum karena lebih pintar dari Umar. Tapi kalau tahu dia laki-laki pasti saya kabur, takutlah ketemu dia," tutur Minah dengan wajah takut.

Obrolan pun menyinggung masalah perusahaan dan pekerjaan Icha. "Badannya memang besar tapi bicaranya halus dan sopan santun. Kalau habis kerja pasti saya dibelikan makanan. Mungkin biar Umar betah jadi dibelikan segala jenis makanan. Bilang ke saya, sih,  kerjanya jadi pramugari. Tapi nyatanya kalau kerja hanya seminggu tiga kali saja."

Warga Curiga

Tak sampai hitungan bulan, anehnya dalam seminggu orangtua Icha mendatangi rumah Umar. Mereka pun memutuskan menikah tahun lalu. Rumah Umar pun dihias dengan warna pink, warna kesayangan Icha. Marawis dan gambus diundang, bahkan bisa dibilang tamu yang diundang jumlahnya banyak. "Biaya pernikahan kira-kira habis Rp 10 juta," kata Minah.

Kehidupan mereka pun layaknya rumah tangga lain. Saat pagi Umar mau berangkat kerja, Icha menyiapkan sarapan. "Lalu dia pergi kerja. Kalau soal dia pintar masak atau tidak saya kurang tahu," kata Umar yang mulai heran saat berhubungan suami istri, Icha selalu menghindar.

Kalaupun mau Icha menginginkan hubungan dari belakang dengan kondisi lampu dimatikan. Bahkan saat tidur pun Icha masih memaki kerudung dan Umar tidak boleh pegang-pegang. "Malah saya digalakkin sama dia. Sampai-sampai dia pegang pisau kalau saya paksa." Toh Umar tidak curiga meski perlakuan yang diterimanya dilalui sampai 6 bulan.

Tapi warga mulai curiga dengan kelakuaan Icha. Apalagi saat ibu-ibu pengajian ngumpul, mereka melihat ada janggut di dagu Icha. Hal itu diakui Aku, Ketua Rt 01/02 Kampung Bojong Sari, Bekasi banyak yang bilang Icha itu sebenarnya laki-laki. "Akhirnya Icha disuruh periksa ke bidan tapi dia tidak mau. Malah bersumpah kalau dia itu perempuan. Yang namanya sumpah mau gimana lagi ya harus dipercaya. Kalau bohong harus menanggung risiko sendiri."

Apalagi, lanjut Aku, syarat pernikahan mereka memenuhi syarat ada penganten perempuan, laki-laki, wali, saksi. Ketika disuruh periksa ke tempat lain, Icha tetap tidak mau. "Akhirnya dia mengaku sudah periksa dan membawa surat bukti yang ternyata dia buat sendiri. Icha juga bilang sementara tidak boleh hamil dulu karena punya sakit darah tinggi."

 Sampai akhirnya warga menemukan KTP asli Icha yang tertulis jenis kelaminnya laki-laki. "Sebanyak 200 warga mendatangi rumah Umar dan menanyakan kebenaran KTP itu. Kalau saja dia bilang laki-laki dari awal pasti masih selamat. Tapi karena tetap mengaku laki-laki, warga jadi marah dan kesal. Lama-lama warga jadi penasaran dan cari bukti," cerita Aku.

Terdesak, Icha pun mengaku dirinya laki-laki. Umar yang merasa tertipu melaporkan Icha ke Polsek Jatiasih bersama 200 warga.  "Untungnya warga mengerti dan diserahkan baik-baik," ujar Aku yang melihat penampilan Icha seperti perempuan. "Kalau dbilang kasar banyak juga perempuan yang kasar, kan. Orangnya, sih, baik, sama warga sopan. Tapi, kan, bukan itu masalahnya, dia laki-laki, kok, menikah dengan laki-laki. Lha, gimana urusannya, agama juga tidak membenarkan."

Yang membuat Aku aneh, kenapa Umar sebagai suami baru tahu setelah sekian bulan. "Saya dan wargak kesal, kok, kami diombang-ambing dengan statusnya. Kami merasa dibohongi, tega amat ya Icha sama masyarakat di sini," kata Aku yang sudah memaafkan Icha.

Masih Perjaka

Yang jelas meski kecewa, sedih, dan kesal karena baru tahu setelah sekian bulan, Umar mengaku akan segera menggandeng wanita lain. "Kalau saya tahu dari awal, tentu saja tidak akan ada pernikahan. Buat Icha moga-moga kedepannya bisa lebih baik buat dia. Tidak ada dendam atau benci dengan Icha. Saya harus tetap semangat menjalani hidup ini. Kalau bisa lebih dewasa dibanding sebelum ini."

Umar pun enggan jika dikatakan statusnya duda. "Kalau dibilang duda ya enggaklah, saya masih perjaka. Pernikahan yang kami lakukan saat itu, ya jelas batal. Pokoknya saya pengin tenang dan tidak mengalami gangguan lagi. Dan tentu saja ingin cepat kerja!" Noverita K. Waldan