Menjelang pukul 15.00 waktu Jepang, Jumat (11/3) lalu, Riafeni Karlina (26) sedang tidur-tiduran di kamar asrama mahasiswa yang terletak di Kota Sendai. Feni tengah menemani anak pertamanya, Nadia Sofia Sulaiman, yang baru lahir 21 Februari lalu. Saat itulah ia merasa ada gempa. Awalnya kecil, lalu menjadi besar.
Perempuan yang tengah menempuh pendidikan S3 di bidang lingkungan di Tohoku University ini, langsung menggendong Nadia dan bersembunyi di bawah meja. Waktu getaran gempa mengecil, Feni berlari menuju pintu. Namun, gempa besar kembali datang, sehingga ia terpaksa kembali lagi ke bawah meja.
"Saya bolak-balik dari meja ke pintu, karena getaran gempanya kadang mengecil, kadang besar. Koper, boneka, dan mainan anak di atas lemari berjatuhan," tutur Feni.
Setelah getaran gempa benar-benar kecil, Feni memberanikan diri keluar asrama. "Di luar ada badai salju dan saya lupa bawa selimut. Syukurlah, ada sesama penghuni asrama yang berbaik hati memberi selimut," ujar Feni yang saat itu tengah cuti kuliah setelah melahirkan.
Saat itu Feni belum tahu, kawasan lain di Sendai dilanda tsunami. Itu sebabnya ia tak khawatir memikirkan suaminya, Nuhamsyah Sulaiman (26), yang sesaat sebelum gempa mengabari sedang dalam perjalanan ke kampus dengan bus. "Saya pikir, pasti aman meski ada gempa. Saya baru tahu ada tsunami dari penghuni asrama."
Ia dan Nadia terpaksa tinggal di dalam mobil mahasiswa asal Malaysia yang juga punya bayi, karena ada pemanasnya.
Saat itulah Nuhamsyah pulang, setelah dua jam berjalan kaki menyusuri rel kereta. Tak terkira leganya hati Feni melihat kedatangan Nuhamsyah. Keluarga kecil ini lantas menuju pengungsian bersama penghuni asrama lain. "Setiap pagi dan malam, setiap pengungsi mendapat satu nasi kepal, yaitu nasi instan yang dicampur rumput laut," ujar Feni. Hari ketiga, KBRI menjemput para pengungsi asal Indonesia, termasuk keluarga Feni, untuk dibawa ke Tokyo dengan bus. Bersama para WNI lainnya, keluarga kecil Feni menginap di sekolah KBRI selama satu malam.
Keluarga tentu menyambut kepulangan mereka ke Jakarta, Selasa (15/3) dengan sukacita. Selain karena anak-beranak ini selamat, keluarga besar mereka belum pernah bertemu Nadia sebelumnya. Apalagi, kepulangan Feni ini cukup lama, lantaran kampusnya ditutup sampai 24 April mendatang. "Kami nikmati saja waktu bersama keluarga di sini, sambil mengimunisasi Nadia yang belum sempat diimunisasi di sana."
Nining, Hasuna / bersambung