Hampir enam tahun berlalu, kondisi Victor masih belum pulih. Banyak orang bertanya, mengapa aku bisa begitu tegar merawatnya. Ya, aku memang bukan perempuan yang mudah menangis. Aku selalu berusaha positive thinking. Bila rasa sedih datang, aku memilih berkumpul sejenak bersama teman-teman agar tak melulu ingat keadaan di rumah.
Selain itu, kuanggap sakitnya Victor sebagai proses aku mendalami agama dan menemukan rasa cinta kepada-Nya. Setiap kali hati ini bersedih, aku terus berzikir dan meminta kepada-Nya. Aku merasa mengenal Tuhan lebih baik dan doaku selalu didengar.
Karena itu pula, rasa cintaku kepada Victor semakin meluap. Tak pernah terlintas penyesalan dan meratapi keadaan ini. Terlebih, impian kami menyekolahkan Adilla ke luar negeri telah tercapai.
Saat merayakan ulang tahun Victor ke 50, aku mengundang teman-teman. Meski ia tak banyak bereaksi, ia terlihat senang sekali. Beberapa waktu lalu, suamiku juga mencoba tersenyum meski susah payah menggerakkan bibirnya. Saat itu, suster yang menjaganya minta doa restu untuk menikah dan ingin melihat Victor tersenyum merestuinya.
Ya, hal-hal kecil seperti inilah yang terus menguatkanku. Aku optimis akan datang hari baik dalam hidup kami. Yang pasti, aku ingin menghabiskan seluruh sisa hidupku di samping Victor. Selamanya. Apa pun keadaannya.
Ade Ryani
Foto: Wantek, Dok Pribadi