Tidak! Memang saya akui, saya adalah satu-satunya dokter yang mengaku terang-terangan sebagai dokter aborsi. Bisa jadi dokter lain juga banyak yang melakukan, tapi mereka, kan, tidak mau mengakui. Saya tidak mau munafik, karena tujuan saya jelas.
Selain di tempat Anda, apakah di luaran praktik aborsi juga banyak?
Aborsi itu ada, tapi biayanya mahal dan prosedurnya berbelit. Biasanya wanita yang mau mengugurkan kandungan setelah dibawa ke dokter spesialis baru dirujuk ke rumah sakit untuk aborsi. Dan itu memakan biaya tidak sedikit. Kan, kasihan mereka ini. Padahal, pada akhirnya diaborsi juga. Kalau di tempat saya, tidak perlu seperti itu. Yang penting, dia diantar suami atau keluarganya.
Selama ini siapa saja yang jadi pasien Anda?
Campuran. Ada ibu rumah tangga, ada pula yang masih remaja.
Dalam sehari Anda bisa mengaborsi berapa orang?
Setiap hari minimal 5 orang, kecuali hari Jumat saya tutup.
Di lingkungan tempat praktik, Anda begitu dikenal sebagai dermawan. Apakah itu salah satu cara agar Anda aman?
Oh, tidak! Memang saya tidak tega melihat orang kesusahan. Siapa pun yang kesusahan, sebisa mungkin akan saya bantu.
(Menurut informasi, dulu setiap hari Jumat sore, Edward yang gemar motor besar ini keliling Surabaya, lalu di sepanjang jalan ia membagi-bagikan uang ke orang tak mampu, mulai tukang becak sampai pedagang kaki lima).
Setahun lalu Anda sempat dioperasi kanker tenggorokan hingga membuat fisik termasuk suara Anda jadi seperti ini. Apa tak berpikir, itu merupakan cara Tuhan mengingatkan agar tak melakukan aborsi lagi?