Bisa jadi begitu. Semua yang kita jalani di dunia, baik yang sedih maupun gembira, kan, sebuah cobaan. Termasuk sakit yang saya derita dan peristiwa saya ditangkap polisi saat ini, merupakan peringatan Tuhan kepada saya agar kelak saya hidup lebih baik.
Ini adalah ke-4 kalinya Anda berurusan dengan hukum. Bahkan tiga tahun silam sempat dipenjara. Apakah tidak kapok dan kelak akan mengulangi lagi?
Sudah cukup sampai di sini. Saya akan berhenti dan tidak akan melakukan lagi (ketika mengucapkan kalimat ini, Edward menundukkan wajahnya dan intonasi suara berubah lirih).
Anda menyesal?
Menyesal, sih, tidak. Kan, tujuan utama saya memang sudah jelas. Masalahnya, saya sudah tua. Fisik saya sudah tidak memungkinkan lagi. Selain itu, saya sudah tidak mau lagi berurusan dengan hukum seperti ini. Jadi, sudahlah, sampai di sini saja. Saya tidak akan mau melakukan (aborsi) lagi.
Omong-omong, Anda berasal dari mana, kok, selintas seperti berdarah asing?
Saya sebenarnya berdarah Madura, cuma ibu saya keturunan Amerika Latin. Saya sendiri lahir dan melewati masa kanak-kanak hingga usia 10 tahun di Suriname. Waktu zaman Belanda, kakek saya bekerja di pabrik tebu di Jombang. Lalu oleh Belanda dibawa ke Suriname. Di sana ayah saya dilahirkan, setelah menikah, lalu lahirlah saya. Baru setelah usia 10 tahun, orang tua saya ke Indonesia dan bekerja di tambang batubara di Sawahlunto, Sumatera Barat. Saya menghabiskan masa SMA di sana.
Setelah lulus kemudian saya ke Surabaya, diterima di Fakultas Kedokteran Univeritas Airlangga dan lulus tahun 1979. Setelah itu ke Bandung dan menikah dengan istri pertama, kemudian menetap di Surabaya hingga sekarang.
Jika benar sudah kapok, apa yang akan dilakukan untuk menafkahi keluarga selepas dari penjara nanti?
Ya, saya tidak akan mau melakukan (aborsi) lagi. Nanti saya akan buka rumah bersalin dan minta istri saya menanganinya. Saya sudah betul-betul kapok.
Gandhi Wasono M.
Foto: Gandhi Wasono M.