Anti Langgar Privasi
Baru dua tahun ini Taufiq Azhary (40) yang berlatar belakang pendidikan perhotelan, membuka layanan jasa detektif swasta atau investigasi rahasia di tingkat lokal. Sebelumnya, ia berbisnis penyalur jasa tenaga kerja untuk berbagai acara, seperti sales promotion girl/boy, usher, MC, DJ performance, dan bodyguard.
Sejak membuka jasa private investigator (PI), klien yang datang kebanyakan memberi order soal pernikahan, dimana sang istri ingin menggugat cerai suaminya di pengadilan, tapi tak punya bukti pendukung (alibi) yang kuat. Nah, tugas Fiko, sapaan Taufiq, melakukan penyelidikan untuk mengikuti gerak-gerik sang suami klien.
Sebab, klien selalu minta bukti berupa foto, rekaman video, dan suara dalam bentuk softcopy dan hardcopy. Bila kasus yang ditangani Fiko soal perceraian, "Biasanya bukti yang kami peroleh digunakan untuk memperkarakan gugatan cerai di pengadilan. Ujung-ujungnya untuk mendapatkan harta gono-gini," terangnya.
Fiko tak sendiri. Ia bekerja bersama tim yang sudah terlatih. "Saya juga bekerja sama dengan pihak kepolisian di area perburuan target. Ini untuk menghindari risiko yang tak diinginkan ketika menginvestigasi target. Kalau sudah ada link (di kepolisian), jadi lebih aman. Karena bisa saja target merasa terancam dan melapor ke polsek setempat," papar Fiko yang menerima order dengan pembayaran di muka.
Hilangkan Jejak
Pada umumnya, semua tugas bisa diselesaikan Fiko selama 1-2 minggu. Dalam kurun waktu itu Fiko sudah mengantongi hasil berupa bukti informasi yang dibutuhkan. Namanya juga detektif, setelah mengirim bukti dari hasil investigasi, ia dan timnya harus menghilangkan jejak agar tak terlacak.
"Ini dilakukan untuk keamanan klien dan tim kami juga. Terutama soal komunikasi, kami langsung membuang nomor kontak yang digunakan untuk menghubungi klien." Untuk komunikasi, klien akan dihubungi langsung hanya oleh investigator di lapangan setiap harinya. Fiko menghindari bentuk komunikasi dua arah untuk menghindari penyadapan.
Dua tim yang berjumlah lebih dari 4 orang selalu diterjunkan saat melakukan investigasi. Mereka kebanyakan tenaga lepas yang dibutuhkan jika ada kasus tertentu, dan bekerja bergantian memantau target sambil berkoordinasi dengan team leader.
Kendati melakukan penyelidikan, namun Fiko mengaku tak mau menggunakan akses via akun Facebook si target. "Itu melanggar privasi. Lagipula, yang diinginkan klien, kan, berupa bukti otentik yang lebih kuat seperti foto atau video. Prosesnya juga tidak mudah karena mengikuti target selama 24 jam."
Karena itu, alat yang paling sering digunakan adalah kamera jarak jauh dan handycam. Terkadang juga pakai hidden camera dengan memory card untuk merekam kegiatan target, lanjutnya.