Entah ada hubungannya dengan bumbu cabai yang dikurangi atau tidak, tapi Son kini mengaku prihatin lantaran pelanggannya jadi berkurang. Biasanya dalam sehari bisa memotong 100 ayam, kini hanya 40 potong saja.
"Akibatnya, saya tidak bisa kasih bonus sama karyawan karena anggarannya saya pakai untuk membuat bumbu. Untungnya mereka mau mengerti dan tahu kondisinya. Toh, mereka tetap terima gaji. Saya, sih, berharap semoga kenaikan harga cabai tidak berlarut-larut."
Sementara perusahaan katering besar seperti Pe'De Catering Jakarta juga merasakan dampak harga cabai, kendati tak terlalu besar. Soalnya, pelanggannya tak semua penyuka pedas, terutama keluarga yang anak-anaknya masih kecil.
Menurut pemilik Pe'De Caatering, Rini Widijati (39), ada beberapa menu di Pe'De Catering miliknya yang mengandalkan bumbu cabai, antara lain balado ikan asin, tuna cabai hijau, balado tuna, dan tentu saja sambal. "Ada pelanggan yang amat suka pedas. Jadi saya tetap menyediakan menu pedas. Untungnya mereka mengerti dan minta saya tak terlalu banyak memberi sambal."
Setiap kali bikin sambal, sedikitnya Rini membutuhkan 3 kg cabai rawit merah. Kendati harga cabai sedang mahal, Rini belum akan menaikkan harga kateringnya. "Sebetulnya, harga mahal tak jadi masalah, asal bahannya tersedia. Apalagi kami mengutamakan kepuasan pelanggan. Yang jadi masalah justru kami sering kesulitan mendapatkan cabai hijau. Pernah stoknya kosong di pedagang sayur langganan. Saya sampai pusing mencarinya," imbuhnya.
Rini, Debbi, Nove, Hasuna / bersambung