Merajut bukanlah hal yang sulit buatku. Sebab, aku sudah disuruh belajar merajut oleh ibu sejak aku berusia 4 tahun. Ibuku yang hidup di zaman penjajahan berpendapat, seorang perempuan haruslah punya keterampilan. Jadi, beliau mewajibkan anak-anaknya belajar merajut, yang waktu itu diajarkan oleh seorang suster yang bekerja pada keluarga Belanda. Mungkin karena umurku masih sangat kecil, ketika itu aku tidak suka merajut. Namun, ibuku tidak mau tahu. Pokoknya, harus belajar merajut.
Kalau tidak mau belajar, aku dicubit ibuku sampai menangis. Akhirnya, aku terpaksa mau belajar merajut. Kami yang tinggal di desa kecil di daerah Parakan, Temanggung, Jawa Tengah, memang bukan keluarga mampu. Untuk membeli jarum rajutnya saja, ibuku harus datang ke tukang tambal ban dan mencari jari-jari roda sepeda. Setelah itu, beliau akan pergi ke tukang bubut untuk menjadikannya batang logam itu lancip sehingga bisa dijadikan jarum rajut.