Untuk mendapat "formula" laris-manis itu, sang empunya Suhuanto Alim (45) harus jatuh bangun. Koh Alim, begitu ia disapa, sebelumnya dikenal sebagai penjual bakmi. "Mulai dari menjajakan dengan gerobak dorong sampai sewa kios. Tapi semua enggak laku. Bahkan beberapa kali saya diusir karena tak kuat bayar uang sewa," jelas ayah 3 anak ini.
Akibat bisnisnya yang hancur itu, Koh Alim bahkan sampai punya utang hingga Rp 98 juta. Utang itu semua dari 14 kartu kredit miliknya. "Beli bahan baku, gesek kartu. Sampai akhirnya 14 kartu kredit over limit semua," katanya sambil berbahak.
Ketika sedang pusing memikirkan asap dapur, Koh Alim diajak jalan-jalan ke sebuah mal untuk melihat produksi roti yang sangat laris. "Saya amati, kenapa roti itu bisa beda dengan roti yang lain. Akhirnya saya menyimpulkan, hanya soal penempatan isi." Roti biasa, kata Koh Alim, isinya di dalam. Sementara roti yang laris-manis ini semua isi atau topping-nya di luar. "Jadi tampilannya sangat menarik."
Darah putra Bangka pun akhirnya menjejali otaknya. Sampai di rumah, muncul ide membuat martabak dengan isi di luar. "Saya belum pernah berbisnis martabak, tapi saya yakin bisa kalau mau belajar," tambah pria yang mengaku hanya jebolan SMP ini.
Omset 6 Kali Lipat
Prinsip mau belajar inilah yang selalu ada di dada Koh Alim. "Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya saya menemukan formulanya. Martabak ukuran mini dengan topping di luar."
Konsep produk sudah ditemukan. Langkah selanjutnya adalah menjualnya. Tahun 2007 Koh Alim akhirnya menyewa kios ukuran 2x2 m2 di Jl. H. Agus Salim, Bekasi. Hari pertama dan kedua, kiosnya masih sepi pembeli. Suatu hari ada seseorang yang diketahui agak kurang waras tiba-tiba lewat di depan kiosnya. "Spontan, saya cegat dan paksa dia untuk beli. Waktu dia mau membayar, uangnya saya tolak."