Bisnis Kue Lapis Legit (1)

By nova.id, Jumat, 30 Juli 2010 | 17:02 WIB
Bisnis Kue Lapis Legit 1 (nova.id)

Dengan modal cekak pinjaman tetangga itulah, pasangan ini membuat kue bolu panggang untuk dijual. Agar irit modal, Gun rela pergi dari satu warung ke warung lainnya untuk membeli telur pecah yang harganya jauh lebih murah. Ketimbang yang masih utuh. "Untungnya kami tak perlu beli peralatan karena pemilik kamar kos meminjamkan alat-alatnya." Berhubung kamar kosnya berukuran mungil, "Mengolah dan memasak kuenya di teras," kisahnya sambil tertawa.

Bisnis Kue Lapis Legit 1 (nova.id)

"Foto: Edwin Yusman "

Begitu kue sudah jadi dan siap dijual, Gun bingung, tidak tahu jalan Jakarta. "Akhirnya saya ke Pasar Petojo, titip jual di sebuah toko. Saya hanya tahu pasar itu karena kebetulan dekat dengan kos." Kerja keras pasangan ini mulai memperlihatkan hasil. Tempat jualannya pun sudah semakin banyak. Bahkan mereka bisa menggaji seorang karyawan yang terpaksa tidur di depan kamar karena sudah dipenuhi bahan-bahan kue. Belakangan, mereka mampu menyewa rumah.

Sayangnya, Gun dikalahkan saingannya. Tapi keberuntungan masih berpihak padanya. "Ada teman bilang, kenapa enggak bikin lapis legit saja." Untuk menyiasati pasar kue sejenis, "Di bungkusan kue lapis legit bikinan kami, saya stempel tulisan 'Kue Lapis Legit Istimewa'," tutur Gun yang kemudian bisa membeli rumah di Jalan Haji Nawi.

Begitulah, bintang terang terus menyinari usahanya. Ia pun memakai merek Happy karena lapis legit buatannya begitu laris menjelang hari-hari besar. "Karena disajikan di saat happy, akhirnya saya kasih nama Happy."

Untuk terus menjaga kualitas, "Tak ada perubahan untuk resep lapis legit kami. Tak pakai esens dan semua bahannya berkualitas." Tak heran harga jualnya lumayan tinggi, dari Rp 175 ribu sampai Rp 625 ribu. Meski begitu, pembeli tetap saja mengantri.

Kini tongkat estafet sudah dipegang Liena. Jumlah karyawan pun sudah 20 orang dan bertambah saat menjelang hari raya, dimana pesanan bisa mencapai ratusan kotak. "Tiap Lebaran, mereka kerja sampai malam takbiran demi mengejar pesanan. Nah, setelah selesai, mereka naik bis yang kami sediakan supaya tetap bisa merayakan Lebaran di kampung halaman bersama keluarga," ujar Liena.

Gandhi, Edwin/ bersambung