Derita Pakalima Setelah Tercebur Ke Air Mendidih (1)

By nova.id, Selasa, 20 Juli 2010 | 04:54 WIB
Derita Pakalima Setelah Tercebur Ke Air Mendidih 1 (nova.id)

Derita Pakalima Setelah Tercebur Ke Air Mendidih 1 (nova.id)
Derita Pakalima Setelah Tercebur Ke Air Mendidih 1 (nova.id)

"Pakalima saat masih sehat. "Wajahnya tampan dan montok. Selalu menjemputku setiap pulang kerja,"ujar Manti pilu. (Foto:Repro Debbi Safinaz) "

Disuruh Pulang

Panik dan kaget, Nur segera mengangkat tubuh Pakalima dari dalam dandang. Ia juga berteriak minta tolong. Sejurus kemudian, para tetangga berdatangan ke rumah kami. Mama Tasya, panggilan tetangga dekat kami, segera menghubungi aku yang saat itu sedang bekerja di Pemkab Pak-Pak Barat, Sumatera Utara. "Cepat pulang! Anak­mu terkena air panas!" Saat itu juga, dalam hati aku membatin, kalau hanya terkena air panas, kenapa aku sampai diminta segera pulang? Pikirku, Pakalima paling-paling hanya terkena air panas di tangannya saja.

Tetanggaku itu pun sempat me­wanti-wanti agar aku pulang dengan tenang, tak perlu terburu-buru atau ngebut saat mengendarai motor. Hatiku jadi gelisah ketika Mama Tasya berujar, Pakalima sudah dibawa ke sebuah klinik. Pikiran dan perasaanku berkecamuk, apa gerangan yang sebenarnya terjadi pada anakku?

Sebelum ke klinik, aku menyempatkan singgah ke rumah orangtuaku untuk menjemput anak-anakku yang lain, yang kutitipkan ke ibuku. Ibu yang melihatku datang, segera menyuruhku cepat-cepat ke klinik. Aku semakin heran, kenapa orang-orang begitu sibuk hanya karena Pakalima terkena air panas.

Memang, tak satu orang pun yang menceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi pada Pakalima dan bagaimana keadaannya yang sebenarnya. Aku jadi semakin bertanya-tanya.

Mengelupas & Bolong

Setibanya di klinik, aku disambut kerabat dan tetanggaku. Wajah mereka terlihat sedih. Penasaran, aku segera menemui Pakalima. Betapa terkejutnya aku. Tenyata sekujur tubuh Pakalima tampak berlubang-lubang akibat terkena air mendidih. Kulit tubuhnya, mulai dari dada hingga kaki, melepuh. Kulitnya pun terkelupas. Habis semua. Aku merasa lemas melihat kondisi anakku. Ya Tuhan, kenapa anak sekecil ini harus menerima cobaan seberat itu?

Aku langsung menangis sejadi-jadinya. Segera kukabari suamiku, Bayar Manik (36). Kakakku yang bekerja di RSU Sidikalang pun kuhubungi. Aku segera membawa anakku ke RSU Sidikalang. Hampir 1,5 bulan Pakalima dirawat di tempat ini. Kondisinya bisa berangsur-angsur membaik. Luka-lukanya pun selalu dibersihkan dan tak lupa diberi obat.