Enggak Bisa Tidur, Enggak Enak Makan
"Suara saya memang keras waktu itu karena sinyal telepon putus-putus. Bukan karena saya marah-marah," begitu sergah dr RK saat dikonfirmasi. Ia menolak menjelaskan lebih jauh tentang diagnosanya terhadap Indri dengan alasan Kode Etik Kedokteran.
"Benar, Indri pasien saya dan saat itu saya sudah memberinya beberapa alternatif terapi. Berhubung di RS tempat saya bekerja tidak ada obatnya, dia ke RS lain. Selasa setelah itu dia menelepon, katanya saya salah. Dia juga sudah berobat ke RS lain. Sebagai dokter, saya tidak bisa mengomentari hasil diagnosa dokter lain, makanya saya diam saja. Saya menyarankan untuk menjalani pemeriksaan dokter yang lebih ahli dari kami berdua di RSCM tapi dia menolak. Saya tidak bisa memaksa, kan?"
Dalam pertemuan dengan pihak RS Mitra, jelas RK, pihak Indri mengatakan, akibat terapi darinya itu terjadi sesuatu. "Padahal, belum tentu terapi saya itu penyebabnya. Bisa ya, bisa tidak," lanjut RK yang sejujurnya ingin berdamai saja dengan Indri. ''Saya bisa mengerti kondisi yang dirasakannya. Sayangnya kesepakatan belum ditemukan, tahu-tahu mereka sudah lapor ke polisi dan pengadilan. Ya, sudah, kami hanya bisa mengikuti prosesnya."
Dokter ini pun membantah bahwa ia menuduh Indri hanya menginginkan uang dari kasus ini. "Saya sendiri sampai tidak nyenyak tidur, enggak enak makan. Mereka tidak berpikir, bagaimana dampak kasus ini terhadap imej, karier, dan keluarga saya. Siapa yang peduli? Tidak ada! Tapi kalau mereka mau damai, saya senang sekali. Kasus ini juga terus dibahas di rapat RS. Mtira, kok."
Hasuna Daylailatu