Wisata di Garut Berujung Maut (1)

By nova.id, Selasa, 8 Juni 2010 | 17:09 WIB
Wisata di Garut Berujung Maut 1 (nova.id)

Wisata di Garut Berujung Maut 1 (nova.id)
Wisata di Garut Berujung Maut 1 (nova.id)

"Keceriaan keluarga bahagia ini, Cheppy, Yuli dan anak semata wayangnya, Faliqh, kini hanya tinggal kenangan akibat kelalaian orang lain (Foto:Repro,Rini Sulistyati) "

Ceria di Pantai

Rombongan besar itu berangkat dari rumah Iis di Desa Jayagiri, Lembang, mengendarai dua mobil. Semua tampak ceria. Sembilan orang menumpang mobil Kijang dan empat lainnya di mobil Avanza milik Dedi. "Sejak berangkat, saya terpisah dari suami dan anak-anak yang berada di mobil Kijang. Rencananya, saya akan satu mobil dengan besan yang tak lain ayah Cheppy, menantu saya yang mengemudikan mobil Kijang," jelas Iis.

Rombongan mobil Kijang berangkat lebih dulu karena mobil yang ditumpangi Iis harus menjemput besan. "Ternyata besan saya sakit, jadi urung ikut." Tiba di Pameungpeuk, mereka langsung bersilaturahmi ke rumah saudara. Setelah itu, meluncur ke vila milik keluarga di pinggir Pantai Sayang Heulang dan menginap semalam.

Pagi pun menjelang. "Cucu saya Faliqh Mulki Albani (5) sejak pagi sekali sudah tak sabar mengajak ke pantai. Kami pun turun bermain di pantai." Keceriaan dan kebahagiaan yang menyelimuti keluarga besar Iis terekam di kamera foto Dedi. "Faliqh tampak akrab bersama kedua orangtuanya. Bertiga mereka bermain pasir," timpal Dedi yang mendampingi Iis.

Sore hari, sekitar pukul 17.00, keluarga besar Iis berencana kembali ke Jayagiri. Seperti saat berangkat, Dedi mengemudikan mobilnya berpenumpang Vera, Iis, dan keponakannya, Leni Agustina (19). Lagi-lagi, Iis terpisah dari suaminya. Namun, menjelang masuk Garut, mobil berhenti karena ada yang ingin makan nasi Padang. Sisanya tetap berada di mobil. "Waktu mobil berhenti, suami saya, Unang Hidayat (59), sempat menawari saya agar pindah ke mobil Kijang. Tapi saya menolak karena mobil Dedi lebih lega."

Usai mengisi perut, rombongan meneruskan perjalanan pulang. Di tengah perjalanan, tutur Dedi, mobil Kijang dua kali menepi. "Pertama di Cikajang, Teh Yuli menelepon saya. Dia tanya, kenapa saya mengklakson mereka terus. Saya bingung karena tidak pernah mengklakson. Yang kedua di Nagreg, Teh Yuli turun dan tanya lagi, kenapa saya memberi lampu sign. Saya jawab, tidak memberi aba-aba lampu apa pun. Dalam hati saya heran, kenapa si Teteh ini? Kami pun meneruskan perjalanan. Itulah komunikasi terakhir saya dengan kakak ipar."

Telepon Tak Diangkat

Ketika mobil melewati tanjakan Nagreg, Dedi melihat truk kontainer meluncur kencang ke arah Garut lalu menyerempet mobil Suzuki Carry yang akan ke arah Bandung. Posisi mobil yang dikemudikan Dedi berada di belakang mobil Carry, diselang satu mobil sedan. "Saya lihat setelah truk menyerempet Carry, kontainernya terlepas dari truk lalu oleng ke kanan hingga menimpa mobil lalu menyeret mobil itu beberapa meter ke depan. Kontan saya teriak, 'Kak Cheppy!' Setelah itu, saya banting stir ke kanan. Kalau tidak, pasti mobil saya ikut kejatuhan badan kontainer bagian belakang," lanjut Dedi.