Facebook, Ibarat Pisau Bermata Dua

By nova.id, Sabtu, 17 April 2010 | 18:38 WIB
Facebook Ibarat Pisau Bermata Dua (nova.id)

Facebook Ibarat Pisau Bermata Dua (nova.id)

"Foto: Sukrisna/Nova "

Adriana S. Ginanjar

KETIKA RAHASIA BISA DITENTENG KE MANA-MANA

Di mata Dr. Adriana S. Ginanjar M.S., FB adalah sebuah dunia rahasia yang bisa ditenteng ke mana-mana. Pasalnya, dengan perangkat handphone yang harganya tak sampai Rp 1 juta, orang sudah bisa mengakses FB di mana-mana, serta bisa berkomunikasi dengan siapa saja dan di mana saja. Itu sebabnya, kata Adriana alias Ina, peran orangtua sangat vital untuk melindungi anak dari efek negatif FB. "Kuncinya tetap pada komunikasi antara anak dan orangtua," kata Koordinator Klinis Terpadu Fakultas Psikologi UI ini. Selain menjaga kedekatan dengan anak, "Orangtua juga harus mengawasi apa yang ditulis atau di-upload anaknya di FB."

Ina yang punya anak remaja mengaku secara rutin melihat akun FB anaknya. Bahkan ia tak segan-segan menelusuri komentar di wall, baik yang ditulis anaknya maupun teman-temannya. "Toh, apa yang saya lakukan itu tidak melanggar privasi anak saya. Wall itu, kan, bisa dilihat siapa saja."

Orangtua, tambahnya, juga harus tahu dengan siapa saja anaknya berteman. "Kalau ada temannya yang sudah pacaran, cari tahu bagaimana model pacarannya. Saya juga akan tanya, bagaimana komentar anak saya soal pacaran model temannya itu. Kalau memang pemahaman soal pacaran salah, ya, akan saya kasih tahu. Pokoknya, saya harus tahu, apa isi kepala anak saya."

Nah, agar komunikasi dengan anak, khususnya yang sudah remaja, bisa lancar, "Orangtua harus ekstra sabar. Remaja, kan, doyannya cerita. Kita sebagai orangtua wajib menjadi pendengar yang baik. Setelah bercerita, baru pelan-pelan beri dia arahan. Yang penting, jangan mendikte."

Melarang anak memiliki akun FB, kata Ina, juga bukan solusi terbaik. Toh, anak bisa diam-diam membuka akun tanpa sepengetahuan orangtua. "Apalagi anak-anak, kan, sifat ingin tahunya besar. Semakin dikekang, rasa ingin tahunya semakin besar." Yang penting, kata Ina, harus ada komunikasi dan pengawasan.

Satu lagi saran Ina, sebaiknya di FB tidak mencantumkan nomor telepon, email, dan alamat. "Jangan sampai identitas itu diumbar ke mana-mana. Itu akan memberi kesempatan kepada orang yang berniat jahat."

***

SEJUTA JANGAN!

Jangan ungkap tanggal kelahiran, nama ibu kandung, karena biasanya orang menggunakan informasi itu untuk keperluan data keuangan di bidang finansial.Jangan sebarkan nomor HP pribadi, nomor PIN BB, alamat email, dan alamat rumah. Mereka yang berniat jahat kerap memakai sarana ini sebagai alat penipuan. Usahakan agar data pribadi itu hanya terlihat oleh orang yang memang dikenal dengan baik.Jangan terlalu jujur dan "menelanjangi" diri di internet. Beri informasi pribadi seperlunya saja, selebihnya info umum yang tidak terlalu spesifik sehingga tak bisa disalahgunakan orang lain.Jangan memilih teman sembarangan hanya dengan tujuan ingin pamer memiliki ribuan teman. Pilih yang benar-benar dekat, dikenal baik.Jangan mengunduh foto yang tidak perlu, tidak senonoh. Hindari foto atau video yang bisa membuat orang lain merasa dipermalukan. Begitu pula dengan foto-foto pribadi yang kurang pas, bisa disalahgunakan orang yang berniat jahat atau yang tak suka dengan kita. Ia bisa dengan mudah menyebarkanluaskan untuk alasan kebencian.Jangan pula sembarangan melakukan tagging foto atau video ke teman yang tak ada kaitannya dengan foto itu.Jangan berkomentar sembarangan. Sudah ada sederet kasus yang berakhir di meja hijau gara-gara komentar tak sedap, menyakitkan, menghina, bahkan membahayakan keselamatan diri sendiri. Tidak saja komentar yang berhubungan dengan orang lain, tapi juga dengan kantor atau instansi tempat kita bekerja. Seorang karyawan pernah dipecat gara-gara memberi komentar bernada fitnah kepada atasannya. Jangan dengan sengaja menarik perhatian semisal menggunakan username yang membuat orang penasaran semisal sexy girl, macho man, lonely girl, dan sebagainya.Jangan pernah mau membayar apa pun atau memberi password kepada orang lain di internet, kendati dia adalah teman dekat yang memintanya tanpa konfirmasi langsung di dunia nyata.Jangan kelewat kecanduan ber-Facebook. Gunakan secara wajar dan batasi waktu.Jangan pernah lupa, kita hidup di dunia nyata. Jadi, lebih bermanfaat jika bersoasialisasi secara langsung, tatap muka. Komentar, artikel, atau foto apa pun yang diunduh di jejaring sosial, memperlihatkan bagaimana reputasi kita sesungguhnya. Apa yang di- posting adalah gambaran diri dan orang lain bisa mendapatkannya dengan berbagai cara.