Di era serba digital ini, memang ada wacana yang mengatakan, orangtua harus juga melek internet biar tak ketinggalan jauh dengan apa yang dilakukan anak-anaknya. Tapi, menurut Donny BU, penggiat program Internet Sehat, tuntutan itu agak naif. "Soalnya, generasi mereka sangat berbeda. Orangtua lahir ketika dunia digital belum ada. Makanya, saat ini, ada yang bisa memanfaatkan teknologi digital, tapi ada juga yang memang enggak bisa. Sementara anak-anak sekarang lahir di dunia digital, jadi mereka sangat cepat sekali menyerap teknologi."
Jadi, sampai kapan pun, lanjut Donny, orangtua tidak akan bisa mengejar kemampuan anak-anaknya. Yang bisa dilakukan orangtua, "Aksi yang sifatnya nonteknologi alias komunikasi. Kalau komunikasi orangtua dan anak baik, maka apa yang dilakukan anak akan sampai ke orangtua," tandas Donny.
Memang, akan lebih baik jika orangtua melek internet. Bahkan juga memiliki akun FB dan bisa berteman dengan anak-anaknya. "Dengan berteman, orangtua bisa melihat apa yang dilakukan anak. Tapi itu semua kembali tergantung dari komunikasi antara orangtua dan anak. Idealnya, memang orangtua tahu TI (Teknologi Informasi, Red.) dan komunikasi dengan anaknya bagus."
Langkah yang paling mudah dilakukan orangtua adalah melacak wall atau komentar dari anak atau teman anaknya. "Tidak usah semua dibaca. Di-random cek saja status update dan komentarnya. Apakah ada yang mencurigakan atau enggak. Kalau sekadar status updatenya, "Habis dimarahi Mama" atau "Gurunya galak", ya, biarkan saja."
Random cek siapa saja yang jadi teman anak, kata Donny, juga penting. Donny melihat ada pemahaman yang salah soal para pemilik akun FB. "Facebook itu diciptakan untuk mempererat hubungan pertemanan yang dikenal secara off line, bukan mencari teman baru di dunia maya. Misalnya, saya punya teman SD dan SMP, nah, saya juga berteman di FB biar komunikasi jadi makin erat."
Tapi yang kini banyak terjadi, banyak pemilik FB yang mencari teman di dunia maya. "Tiba-tiba ada orang yang enggak kita kenal, minta jadi teman dan diizinkan. Padahal, kita tidak tahu latar belakang orang itu. Kejadian ini yang kerap mengundang masalah. Kalau, toh, punya teman yang sebelumnya enggak kita kenal, kalau minta ketemuan, ya, komunikasinya di dunia maya saja. Bukan bertemu di dunia nyata."
Donny juga mengingatkan, FB diciptakan menjadi sebuah media komunikasi yang netral. "Nah, ketika digunakan orang, akan bisa bersisi positif atau negatif. Jadi, kalau dipakai untuk niat jahat, bisa negatif. Tapi jika dipakai untuk kebaikan, akan menjadi positif. Ya, sebenarnya sama dengan internet."
Jika digunakan secara positif, pengaruh FB luar biasa. "Terbukti, berkat FB, muncul gerakan-gerakan positif seperti gerakan mendukung keadilan, orang yang tidak mampu, dan lainnya. Itu pengaruhnya luar biasa," ujar Donny yang tak sepaham jika FB dilarang. "Karena semua tergantung pemakainya. Mau dipakai untuk apa? Nah, biar tak berdampak negatif pada anak, ya, seperti saran saya sebelumnya, orangtua wajib mengawasi."
Dari sisi teknologi memang tidak ada yang bisa mengawasi apa yang dilakukan anak dalam FB-nya. "Paling yang bisa dilakukan, melihat apa yang dilihat anak jika anak mengakses dari komputer rumah." Yang jadi masalah, jika anak mengakses dari warnet atau dari handphone. "Kalau dari handphone yang bisa kita lakukan adalah berapa kira-kira uang yang dibelanjakan anak untuk membeli pulsa. Kalau makin hari makin bertambah, kita harus curiga."
Pihak sekolah juga bisa melakukan pencegahan agar para siswa terhindar dari pengaruh negatif di era digital ini. "Lakukan saja penggeledahan handphone di sekolah. Secara random dicek apa isinya."
Langkah ini, kata Donny, memang bisa mengundang pro dan kontra. "Tapi saya menilai, hal itu sah-sah saja. Saya ibaratkan, saat kita masuk ke mal, seisi tas, kan, diubek-ubek oleh penjaganya. Apa itu melanggar privasi? Kalau demi tujuan yang lebih besar, saya rasa itu sah-sah saja."
Krisna