Sulit sekali menerima kenyataan putriku kini telah tiada, meninggalkan ketiga anak yang kini tak punya orangtua lagi karena ayah mereka ditahan. Selama ini, kami selalu menjelaskan, ibu mereka meninggal karena sakit. Kini, mereka tinggal bersamaku, meski selama seminggu pertama lebih sering tidur di rumah pamannya.
Setelah pemakaman Reni, mereka baru sekali bertemu ayahnya di tahanan. Kadang mereka bertanya "Kenapa Papa enggak datang-datang?" Sedih sekali mendengarnya. Tapi, kami hanya bisa menjawab, "Papa belum bisa datang karena masih terpukul oleh kematian Mama yang mendadak." Harus bagaimana lagi? Mereka masih terlalu kecil. Belum mengerti.
Bila mengingat perjuanganku membesarkan Reni, sesak sekali rasanya. Anak yang sudah kubesarkan dengan susah payah agar ia tak hidup susah seperti aku dulu, harus disia-siakan oleh suaminya sendiri. Apa salah anakku? Jika memang sudah tak menginginkannya, kenapa tak dikembalikan saja padaku, ibunya? Kenapa harus disiksa?
Setelah kabar kematian Reni, keluarga Joseph datang dan selalu hadir di setiap prosesi. Mereka menangis saat meminta maaf kepadaku. Jujur, aku tak menyimpan dendam. Aku sudah memaafkan Joseph sejak dulu!
Di sisi lain, sikapku yang tabah dan lapang dada, membuat Joseph makin depresi. Setelah ia ditahan polisi, aku belum bertemu dengannya lagi. Tidak, aku belum siap!
Sita Dewi/bersambung