Murtanti dan Lestari baru menyadari jika bayi mereka dicuri orang satu jam setelah perisitwa itu. "Kami curiga setelah ditunggu selama satu jam bayi itu tidak kembali. Adik saya kemudian saya suruh untuk mengeceknya," kata Murtanti.
Lestari kemudian mendatangi beberapa suster dan menanyakan bagian imunisasi. "Tapi mereka menerangkan tidak ada bayi yang diimunisasi saat itu. Saya menjadi kaget dan bingung. Lalu saya menanyakan siapa orang yang membawa bayi kaka saya yang katanya akan melakukan imunisasi," katanya.
Kepanikan kemudian terjadi di puskesmas itu. Para suster dan beberapa pasien lainnya kemudian berusaha mencari-cari. "Saya kemudian memperoleh keterangan jika perempuan itu keluar tidak melalui lobby utama. Dia keluar melalui pintu di dekat ruang UGD. Di luar dia sudah ditunggu oleh seorang pria yang mengendarai sepeda motor," kata Lestari.
Setelah tidak berhasil mencari orang tersebut, Lestari kemudian kembali mendatangi kakaknya yang masih terbaring lemah di bangsal. Dengan berat hati, Lestari kemudian meceritakan jika bayi kakaknya telah diculik.
Jerit tangis Murtanti pecah ketika mendengar hal itu. Ia kemudian minta didatangi seorang suster untuk memastikan hal itu. "Sekarang (kemarin siang-Red) saya sudah tidak sanggup menangis lagi. Air mata saya rasanya sudah kering karena kebanyakan menangis," kata Murtanti.
Kepedihan yang sama kemudian juga dirasakan oleh Edy, ayah bayi tersebut. Kala peristiwa penculikan terjadi, Edy sedang mengantarkan mertuanya ke rumah. "Saya kaget bercampur marah dan sedih," kata Edi mencoba menggambarkan perasaannya kala itu.
Edy mengatakan kini hanya lima lembar foto anaknya saja yang bisa dilihatnya untuk mengenang keberadaannya. "Saya berharap anak say abisa segera dikembalikan. Jika tidak kami akan tetap berada di puskesmas sampai bayi saya ditemukan," katanya.
Kanitreskrim Polsektro Kembangan Iptu W Alexander mengatakan pelaku pencurian itu merupakan orang-orang yang sangat profsional. "Mereka sama sekali tidak takut, dan bisa berpura-pura jadi suster dengan baik," kata Alexander.
Alexander mengatakan salah satu penyebab peristiwa itu bisa terjadi adalah lemahnya pengawasan yang dilakukan pihak puskesmas. "Pada saat kejadian, puskesmas sedang jam sibuk. Saat itu adalah jam besuk dan jam orang melakukan pengobatan," paparnya.
Menurut Kriminolog dari Universitas Indonesia, Thomas Sunaryo penculikan tersebut bisa berdasar beberapa kemungkinan. Antara lain motif ekonomi, atau untuk dirawat sendiri karena ingin sekali punya anak.
"Kasus penculikan memang ada banyak kemungkinan modusnya, bisa saja itu merupakan pelaku perdagangan anak," ujarnya saat dihubungi semalam. Menurutnya, penculikan anak yang dilakukan untuk dijual kembali, pasti dilakukan oleh suatu komplotan dan tidak mungkin sendirian.
"Paling tidak dia tahu kemana anak itu akan dijual lagi, jadi modusnya tidak serampangan," tandasnya. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan jika pelaku hendak merawat anak tersebut sendiri. Sebab, ada kemungkinan seseorang akan melakukan apa saja, termasuk menyamar untuk mendapatkan seorang anak dengan mudah.
Tetap bayar
Sementara itu, Kepala Puskesmas Kembangan Drg Dara mengatakan pihaknya turut prihatin dengan peristiwa itu. Dia mengatakan keamanan di Puskesmas Kembangan sudah cukup memadai. "Petugas keamanan tentu tidak mungkin menanyai setia orang yang keluar masuk membawa bayi," kata Dara.
Dara menuturkan pihaknya akan membantu melacak keberadaan bayi tersebut. "Tentu dengan bekerjasama dengan pihak kepolisian dan petugas keamanan kami," kata Dara.
Meski menderita kehilangan bayi, Murtanti diwajibkan untuk tetap membayar tagihan biaya persalinan, kamar, tindakan, dan perawatan. "Ini sesuai dengan perda," ujarnya. tos/sab/wartakota