Sungguh tragis, seorang bayi laki-laki yang baru 14 jam dilahirkan Murtanti, diculik dari pngkuannya oleh perempuan yang menyamar sebagai suster di Puskesmas Kembangan, Jakarta Barat, Jumat (8/1) lalu.
Pasangan Edy S-Murtanti, orangtua sang bayi semula tidak percaya jika anak pertamanya yang telah lama diidamkan raib dari pangkuan mereka
"Peristiwanya terjadi Jumat (8/1) sekitar pukul 18.30," kata Murtanti yang ditemui di bangsal Puskesmas Kembangan, Jakarta Barat, Minggu (10/1) siang.
Murtanti mengatakan ia sama sekali tidak curiga dengan orang yang mengambil bayinya itu. "Dia berlagak seperti seorang suster. Dia datang dengan mengenakan kerudung, baju panjang berwarna merah jambu, dan menggunakan masker," papar Murtanti.
Ketika masuk ke ruang Cempaka, di mana Murtanti dan bayinya berada, perempuan tersebut mendatangi satu per satu bangsal di sana. Di dalam ruangan yang dilengkapi dengan pendingin udara itu, ada tiga bangsal. Dua di antaranya ditempati pasien.
Awalnya, perempuan tersebut mendatangi bangsal yang ditempati Ny Jauhari. Bangsal Ny Jauhari berada di depan bangsal Murtanti. Di bangsal NY Jauhari, perempuan tersebut melakukan beberapa pertanyaan kepada Ny Jauhari. Setelah itu dia melakukan pemeriksaan terhadap Ny Jauhari dan bayinya.
Usai dari bangsal Ny Jauhari, perempuan itu kemudian mendatangi bangsal Murtanti. Seolah suster yang profesional ia kemudian kembali mengajukan pertanyaan kepada Murtanti. Setelah itu, perempuan itu memegang-megang perut Murtanti.
Usai memegang-megang perut Murtanti, perempuan itu kemudian menanyakan keberadaan bayi yang diletakan di sebelah kanan Murtanti. Sebelumnya bayi itu sedang dipangku, ketika perempuan itu datang, Murtanti memindahkannya.
"Awalnya dia menanyakan apa jenis kelamin anak saya. Kemudian saya jawab kelaminnya laki-laki," ujar Murtanti. Usai menanyakan hal itu, perempuan tadi membuka maskernya, dia kemudian menanyakan apakah bayi itu telah diimunisasi atau belum.
"Saya mengatakan bayi saya sudah diimunisasi. Lestari adik saya yang saat itu menunggui saya pun mengatakan bayi itu sudah diimunisasi," kata Murtanti.Namun, perempuan tadi mengatakan imunisasi yang akan dilakukan adalah imunisasi yang berbeda. "Perempuan itu kemudian membawa bayi saya," kata Murtanti.
Murtanti dan Lestari membiarkan saja perempuan itu membawa bayi yang memiliki berat 3,2 kilogram dan panjang 49 centimeter itu. Mereka mengira itu memang prosedur dari puskesmas yang harus dijalani.
"Kami percaya jika orang itu adalah suster. Dia memang tidak pakai seragam, tapi masker dan gayanya menunjukan jika dia seorang suster," kata Murtanti. Meski tidak mengenakan seragam, Murtanti dan adiknya mengatakan bisa mempercayai orang itu sebagai suster karena sebagian besar suster di puskesma itu juga tidak menggunakan seragam. "Rata-rata suster di sini juga tidak pakai seragam. Mereka cuma pakai masker. Papan nama di dada juga tidak ada," kata Murtanti.
Murtanti dan Lestari baru menyadari jika bayi mereka dicuri orang satu jam setelah perisitwa itu. "Kami curiga setelah ditunggu selama satu jam bayi itu tidak kembali. Adik saya kemudian saya suruh untuk mengeceknya," kata Murtanti.
Lestari kemudian mendatangi beberapa suster dan menanyakan bagian imunisasi. "Tapi mereka menerangkan tidak ada bayi yang diimunisasi saat itu. Saya menjadi kaget dan bingung. Lalu saya menanyakan siapa orang yang membawa bayi kaka saya yang katanya akan melakukan imunisasi," katanya.
Kepanikan kemudian terjadi di puskesmas itu. Para suster dan beberapa pasien lainnya kemudian berusaha mencari-cari. "Saya kemudian memperoleh keterangan jika perempuan itu keluar tidak melalui lobby utama. Dia keluar melalui pintu di dekat ruang UGD. Di luar dia sudah ditunggu oleh seorang pria yang mengendarai sepeda motor," kata Lestari.
Setelah tidak berhasil mencari orang tersebut, Lestari kemudian kembali mendatangi kakaknya yang masih terbaring lemah di bangsal. Dengan berat hati, Lestari kemudian meceritakan jika bayi kakaknya telah diculik.
Jerit tangis Murtanti pecah ketika mendengar hal itu. Ia kemudian minta didatangi seorang suster untuk memastikan hal itu. "Sekarang (kemarin siang-Red) saya sudah tidak sanggup menangis lagi. Air mata saya rasanya sudah kering karena kebanyakan menangis," kata Murtanti.
Kepedihan yang sama kemudian juga dirasakan oleh Edy, ayah bayi tersebut. Kala peristiwa penculikan terjadi, Edy sedang mengantarkan mertuanya ke rumah. "Saya kaget bercampur marah dan sedih," kata Edi mencoba menggambarkan perasaannya kala itu.
Edy mengatakan kini hanya lima lembar foto anaknya saja yang bisa dilihatnya untuk mengenang keberadaannya. "Saya berharap anak say abisa segera dikembalikan. Jika tidak kami akan tetap berada di puskesmas sampai bayi saya ditemukan," katanya.
Kanitreskrim Polsektro Kembangan Iptu W Alexander mengatakan pelaku pencurian itu merupakan orang-orang yang sangat profsional. "Mereka sama sekali tidak takut, dan bisa berpura-pura jadi suster dengan baik," kata Alexander.
Alexander mengatakan salah satu penyebab peristiwa itu bisa terjadi adalah lemahnya pengawasan yang dilakukan pihak puskesmas. "Pada saat kejadian, puskesmas sedang jam sibuk. Saat itu adalah jam besuk dan jam orang melakukan pengobatan," paparnya.
Menurut Kriminolog dari Universitas Indonesia, Thomas Sunaryo penculikan tersebut bisa berdasar beberapa kemungkinan. Antara lain motif ekonomi, atau untuk dirawat sendiri karena ingin sekali punya anak.
"Kasus penculikan memang ada banyak kemungkinan modusnya, bisa saja itu merupakan pelaku perdagangan anak," ujarnya saat dihubungi semalam. Menurutnya, penculikan anak yang dilakukan untuk dijual kembali, pasti dilakukan oleh suatu komplotan dan tidak mungkin sendirian.
"Paling tidak dia tahu kemana anak itu akan dijual lagi, jadi modusnya tidak serampangan," tandasnya. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan jika pelaku hendak merawat anak tersebut sendiri. Sebab, ada kemungkinan seseorang akan melakukan apa saja, termasuk menyamar untuk mendapatkan seorang anak dengan mudah.
Tetap bayar
Sementara itu, Kepala Puskesmas Kembangan Drg Dara mengatakan pihaknya turut prihatin dengan peristiwa itu. Dia mengatakan keamanan di Puskesmas Kembangan sudah cukup memadai. "Petugas keamanan tentu tidak mungkin menanyai setia orang yang keluar masuk membawa bayi," kata Dara.
Dara menuturkan pihaknya akan membantu melacak keberadaan bayi tersebut. "Tentu dengan bekerjasama dengan pihak kepolisian dan petugas keamanan kami," kata Dara.
Meski menderita kehilangan bayi, Murtanti diwajibkan untuk tetap membayar tagihan biaya persalinan, kamar, tindakan, dan perawatan. "Ini sesuai dengan perda," ujarnya. tos/sab/wartakota