Senandung Nacita, Tanpa Embel-embel Mizwar

By nova.id, Senin, 14 Februari 2011 | 17:08 WIB
Senandung Nacita Tanpa Embel embel Mizwar (nova.id)

Senandung Nacita Tanpa Embel embel Mizwar (nova.id)
Senandung Nacita Tanpa Embel embel Mizwar (nova.id)
Senandung Nacita Tanpa Embel embel Mizwar (nova.id)
Senandung Nacita Tanpa Embel embel Mizwar (nova.id)

"Foto: Repro Fadoli Barbathully "

Bangga Papa

Berbagai kegiatan Nacita memang sering dibayangi nama besar seorang Deddy Mizwar. Walau merasa sebal jika orang selalu mengaitkan prestasi yang ia miliki dengan ketenaran ayahnya, tapi hal itu tak membuatnya berkecil hati. Justru ia bangga memiliki orangtua yang hebat di mata masyarakat.

"Di setiap kesempatan aku selalu gunakan namaku, Senandung Nacita, tanpa embel-embel Mizwar. Kalau orang berpandangan sinis, aku sudah biasa. Enggak ambil pusing karena semua prestasi atas usahaku sendiri," ungkap penyuka warna hijau dan pink ini.

Terbukti saat mengikuti audisi presenter, tak ada sama sekali peran Deddy karena hanya Nacita sendiri yang menjalani dan tahu seperti apa prosesnya. Karena tahu sang ayah jarang ikut campur pada kegiatannya, Nacita lantas enggan menanggapi omongan negatif orang lain. "Kalau positif, anggap saja motivasi. Tapi kalau negatif, jangan dipikir, nanti malah berdampak buruk. Kalau aku dipuji dan dikaitkan dengan Papa karena prestasiku, baru lah aku bangga dan itu memotivasi untuk bisa seperti dia," ujarnya mengidolakan Deddy.

Nacita adalah sulung dari dua bersaudara. Adik lelaki satu-satunya, Zulfikar Rakita Dewa, baru menyelesaikan pendidikan AKABRI dan sedang ditempatkan di Cilodong, Bogor. Sedari kecil, hubungan keduanya yang hanya terpaut satu tahun, sangat dekat dan seperti teman. Tak heran ia merasa kesepian di rumah sejak ditinggal sang adik ke luar kota.

Selain aktif dalam kegiatan seni dan presenting, Nacita juga masih tercatat sebagai mahasiswi Ekonomi-Akuntansi di UNIKA Atmajaya Jakarta dan sedang merampungkan skripsinya. Mengapa tak ambil jurusan itu? "Karena akuntansi adalah pelajaran favorit waktu SMU. Aku merasa mampu di bidang itu, tapi hobi di dunia seni tetap aku jalani."

Sedari kecil Nacita menyadari, ayahnya adalah public figure yang jadi milik masyarakat saat di luar rumah. Ia kerap merasa aneh jika melihat Deddy muncul di televisi, ditambah kesibukan di dunia film yang membuat mereka jadi jarang bertemu.

Pengalaman tak terlupakan sekaligus menyedihkan pun pernah ia alami saat kelas 2 SD, "Aku minta liburan sekeluarga ke Taman Safari. Waktu baru turun dari mobil, Papa langsung diserbu penggemar yang ingin foto bareng. Aku dan Mama didorong-dorong. Akhirnya liburan batal, sedih banget. Aku nangis di mobil dan terus diberi pengertian sama Papa." Padahal, menurut Nacita, di rumah ia dikenal sebagai anak manis dan jarang menangis.

Protes akan intensitas pertemuan yang jarang dan perlakuan para penggemar, pernah membuat Nacita sebal dengan profesi Deddy. Walau begitu, ia mengagumi Papanya sebagai ayah yang sabar, bijaksana dan penuh kehangatan.

"Kalau ada masalah, Papa lebih suka ajak bicara baik-baik. Meski sibuk dan selalu pulang pagi, dia berusaha berkomunikasi dengan waktu yang sedikit, tapi berkualitas. Aku selalu sharing tentang segala hal, dan suka diberi saran. Malah kadang aku dibangunkan untuk berangkat siaran," ungkapnya sambil tersenyum.

Idealis & Tegas

Akrab menyambangi lokasi syuting juga membuat Nacita sangat mengenal gaya kerja sang ayah. "Selain selalu total di setiap produksi, Papa selalu mengajarkan kepada semua pemain, akting yang benar itu bagaimana. Kesan tegas ketika syuting, memang benar. Tapi waktu break, dia berubah jadi hangat dan humoris. Dia, sutradara yang idealis, aku terbiasa melihat ketegasan dan keseriusannya di setiap menggarap film. Dia juga objektif dan fair. Kalau aktingku bagus, akan dipuji, tapi kalau jelek aku juga dimarahi," ungkap penggemar Julia Roberts dan Bruce Willis ini.

Kendati demikian, sifat tegas dan idealis ayahnya juga menurun pada diri Nacita. Jika ada yang bertentangan dengan hati nurani, ia jujur mengikuti prinsipnya. Misalnya, saat ada sutradara yang menawarkan skenario dengan cerita tak mendidik, ia pasti menolaknya. Meski ayahnya seorang seniman, Nacita tak merasa dipaksa menekuni dunia seni.

Justru ketika ditawari main sinetron saat masih SMU, ia disarankan untuk fokus bersekolah. Malah sang bunda yang banyak memotivasi, karena melihat dirinya dan adiknya punya potensi dalam kegiatan seni. Menurut Nacita, walau terkesan cuek, tapi ayahnya selalu mendukung pilihan dirinya dan adiknya. Figur sukses dan kedekatan dengan sang ayah pun jadi pendorongnya untuk terus belajar melakukan yang terbaik dalam berbagai hal.

ADE RYANI