Natasha Sang Duta : Pilih Yang Aman, Bukan Yang Instan

By nova.id, Rabu, 11 Maret 2009 | 00:13 WIB
Natasha Sang Duta Pilih Yang Aman Bukan Yang Instan (nova.id)

Natasha Sang Duta Pilih Yang Aman Bukan Yang Instan (nova.id)

""

Belia dan berjaya. Agaknya sebutan itu layak disandang Natasha Ajani. Meski kariernya di dunia modeling masih seumur jagung, namun prestasinya sudah layak diperhitungkan.

Berawal dari aktif di sebuah manajemen model, Natasha melebarkan sayapnya menjadi brand ambassador produk kosmetika Sariayu. Dipercaya menjadi duta sproduk kecantikan ternama, tentu bukan pekerjaan gampang. Untuk tampil menjadi "sang juara" saja, Natasha harus menyisihkan ratusan kandidat lainnya. "Sebenarnya aku juga enggak nyangka bisa terpilih. Inilah yang namanya rezeki," tutur Natasha yang ketika dapat tawaran ini ingin berhenti sejenak dari gemerlap dunia modelling yang ia tekuni sejak tahun 2004 lalu. "Aku juga jelasin ke mereka, prioritasku adalah kuliah," lanjut Natasha.

Buat gadis kelahiran 31 Maret 1987 ini, sekolah memang menjadi nomor satu. Memang terbukti, bukan hal mudah mencari waktu Natasha untuk melakukan wawancara dan pemotretan. Jadwal kuliahnya begitu padat dan ia enggan diganggu untuk urusan yang satu ini.

Sikap kerasnya ini dilatarbelakangi pengalaman yang tak mengenakkan sewaktu SMU. Dulu, gadis campuran Padang-Inggris ini sempat menggebu-gebu berkarier di modelling. Akibatnya, nilai-nilai di sekolah jatuh tidak karuan. Padahal, ia ingin masuk Universitas Indonesia (UI).

Khawatir tak tembus UI, di tahun terakhir SMU, Natasha back to school. "Pas kelas 3 SMU, aku benar-benar stop modelling. Lulus SMA pun, ada rentang waktu satu setengah bulan, aku ikut bimbingan belajar dan sama sekali menolak semua kerjaan," ceritanya.

Usaha kerasnya berbuah manis. Ia berhasil menembus UI dan sejak sejak tahun 2006 tercatat sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Komputer di UI. Minatnya menekuni bidang Teknologi Informasi juga bukan tanpa alasan. Selain tidak menyukai mata pelajaran IPS, Natasha menilai bidang ini memiliki prospek yang cerah. "Aku emang mau kerja di bidang Teknologi Informasi. Awalnya coba-coba, gak tau mau belajar apa dan gimana. Tapi, ternyata setelah dijalani, lumayan cocok," kata penggemar masakan Padang ini.

Guna menunjang cita-citanya meraih sarjana komputer, Natasha rela kos di dekat kampus. Empat hari dalam seminggu, ia habiskan untuk kuliah. Ia punya target lulus dalam waktu 3,5 tahun. "Mudah-mudahan kesampaian. Kalau enggak, paling lambat tahun 2010 lah, atau genap 4 tahun kuliah," harap Natasha.

Impian & Pesan Mama Di balik gayanya yang selalu ceria, Natasha memendam cerita hidup yang cukup memilukan. Sejak usia 7 tahun, Natasha sudah ditinggal sang ayah yang keturunan Inggris. Sejak saat itu pula, sang mama menopang kehidupan Natasha. "Mamaku kan single parent, jadi aku dekat banget dengannya. Ke mana-mana berdua. Enggak pernah dilepas sendiri," kenangnya.

Namun, menjalani hari-hari yang indah dengan sang mama, ternyata hanya berlangsung singkat buatnya. Sekitar lima tahun yang lalu, ibunya dipanggil Tuhan. Sejak saat itu pula, kehidupannya dirasakan berubah drastis. Ia terpaksa tinggal bersama salah satu kerabatnya. "Awalnya, sih, berat, tapi bagaimanapun aku harus menerima keadaan. Untungnya, banyak teman dan saudara. Mereka banyak bantu. Suka nemenin aku juga. Sungguh berat rasanya ketika Mama meninggal. Ketika itulah aku merasa, Tuhan memberiku kekuatan. Buktinya, aku bisa juga hidup sampai sekarang," tutur Natasha.

Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, kala itu Natasha mengejar mimpi di modelling, bidang yang juga jadi impian mendiang ibunya. Namun ia tak bisa berpaling dari sekolah karena mamanya pernah berpesan agar sekolah dinomorsatukan.

Kepahitan hidup dirasakan Natasha telah menempa dirinya menjadi lebih mandiri dan lebih dewasa. Sejak mampu menghasilkan uang sendiri, ia memutuskan untuk hidup mandiri. Gadis yang gemar browsing internet ini seakan ingin membuktikan, bisa mengejar mimpi sekaligus mewujudkan keinginan sang bunda.

Syukur, saat ini Natasha tak lagi sendiri. Ada seorang pria yang mengisi hatinya selama 4 empat tahun terakhir. Keduanya bertemu di sebuah fashion show yang kebetulan dihadiri oleh Natasha sebagai model. "Sekarang dia sedang studi S-2, juga di UI. Dia dewasa, dia yang ngebimbing aku. Awalnya aku enggak mau pacaran dulu, setahun setelah Mama meninggal. Tapi dia baik, dia bimbing aku ke arah yang positif, yang mendorongku menyelesaikan kuliah," papar Natasha.

Namun, meski sudah empat tahun menjalin kasih, belum terlintas di pikiran Natasha untuk melanjutkan hubungan itu ke jenjang pernikahan. Saat ini, yang menjadi fokus utamanya hanya kuliah dan menjalani status sebagai brand ambassador Sariayu. Ada, memang, waktu rutin bagi Natasha dan kekasih menghabiskan waktu bersama. "Kami sdah lama berpacaran, jadi tak perlu ketemu tiap hari. Paling enggak, kalau tak sempat, sama-sama ngerti lah. Dia juga ngertiin aku banget, kok," tukasnya.

Pilih yang Tradisional Terpilih sebagai duta produk kecantikan, membuat Natasha semakin memperhatikan perawatan tubuh dan wajah. Terlebih, jenis kulit yang sensitif dan kerap dihinggapi jerawat, memaksanya lebih memperhatikan kecantikan kulit, tubuh, dan wajahnya. Apalagi, seabrek kegiatan yang memerlukan fisik dan penampilan sempurna, selalu menunggunya. Terutama di akhir pekan.

"Enggak perlu jadi ambassador untuk ngerawat diri. Kan bikin kita senang juga. Kebetulan aku dapat keuntungan menjalani perawatan kecantikan setiap bulan. Jadi, aku rutin scrubbing, masker, dan creambath. Kalau untuk sehari-hari, normal aja, kayak rajin membersihkan muka. Itu yang terpenting," ungkap penggemar susu ini.

Namun, di balik perawakannya yang nyaris sempurna sebagai wanita, Natasha justru punya beberapa keluhan. Postur tubuh yang terlalu kurus, ternyata kerap mengganggunya. "Aku dari kecil memang susah gemuk. Orang bilang, enak makan banyak tapi enggak gemuk-gemuk, tapi aku justru enggak enak. Sekarang, aku mulai rajin fitness dan minum susu protein. Rencananya mau menaikkan bobot 3-5 kilogram lagi."

Di atas semuanya itu, Natasha tetap mengutamakan inner beauty. Baginya, tak ada fisik yang sempurna jika tidak ditopang dengan jiwa yang sempurna pula. Tapi, untuk urusan fisik, Natasha tetap memegang teguh prinsip menggunakan bahan-bahan alami dan tradisional. Baginya, itu adalah salah satu keuntungan menjadi wanita yang lahir dan besar di Indonesia, karena negeri ini kaya akan bahan-bahan tradisional yang membantu kecantikan secara alami. "Kalau kosmetik luar negeri, kan, banyak bahan dasarnya kimia. Banyak orang luar yang suka dengan spa dan lulur kita. Nah, kenapa kita tidak?" katanya.

Karena menggemari cara perawatan tubuh yang tradisional pula, Natasha tidak pernah memercayakan perawatan kecantikannya dengan menggunakan cara yang instan. "Aku lebih memilih yang aman-aman saja. Efek instan, kan, siapa yang tahu? Masa bisa cantik dengan secepat itu tanpa tahu efek sampingnya? Mungkin sekarang belum kelihatan, tapi beberapa tahun ke depan, siapa yang tahu, kan?" katanya menutup pembicaraan. Yetta Angelina

Foto: Arifin-Creative Style