Manoj Punjabi Terjebak Cinta Segitiga

By nova.id, Jumat, 2 Januari 2009 | 10:47 WIB
Manoj Punjabi Terjebak Cinta Segitiga (nova.id)

Manoj Punjabi Terjebak Cinta Segitiga (nova.id)

""

Latar belakang perfilman ayah, Damoo Punjabi, dan latar belakang pendidikan keuangan istri, Shania Lakhiani (34), sangat membantu kemajuan MD Entertainment. Dengan dibantu empat orang karyawan, Manoj Punjabi memulai perusahaannya dari sebuah kantor kecil.

Nama MD sendiri muncul secara tiba-tiba. Mengapa aku memilih MD, orang bilang artinya Multidimensi. Padahal bukan, aku hanya suka nama MD. Kenapa? Orang Indonesia kan selalu membuat singkatan-singkatan.

Ada yang bilang MD itu singkatan dari Manoj dan Damoo, padahal enggak juga. Aku hanya suka dengan nama itu. Dan ternyata benar, nama itu kini menjadi brand tersendiri. Bahkan tahun 2005 perusahaan ini berkembang dengan adanya MD Pictures dan MD Music.

Terjebak Cinta Segitiga Berbicara soal istri, aku jadi teringat kisah cinta kami. Percaya enggak, aku butuh empat tahun untuk mengambil hatinya. Kebetulan Shania adalah adik dari teman sekolahku di Gandhi School.

Selain itu, ada hubungan saudara jauh dengan keluargaku, jadinya kami kerap bertemu di beberapa acara. Dari tahun 1995, aku sudah bilang bahwa aku suka padanya. Ternyata Shania enggak percaya dan enggak langsung menerimanya. Katanya, kami lebih baik berteman saja.

Aku suka sekali dengan personality dan karakternya. Contohnya, meski datang dari keluarga kecukupan tapi Shania sangat low profile. Sifat itu sangat berbeda dengan cewek-cewek yang aku kenal. Makanya aku terus mengejarnya, aku suka kirim bunga dan cokelat. Padahal saat itu dia kuliah di Amerika dan aku di Indonesia.

Tahun 1997 Shania lulus kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan konsultan asing di Indonesia. Meski pertemuan kami semakin sering, dia masih belum menerima cintaku.

Sampai sekitar November 1997, di acara Hari Raya Dipawali di Hotel Shangri La aku menitip pesan pada fotografer acara itu untuk banyak mengambil fotoku dan Shania. Kebetulan fotografernya dari Multivision, jadi aku bisa urus semuanya.

Begitu selesai acara, aku bawa foto-foto itu ke rumahnya. Sampai di rumahnya, kakaknya yang notabene adalah teman sekolahku, ikut melihat foto itu. Ketahuanlah oleh mereka bahwa aku suka dengan Shania. Di keluarga India pacaran-pacaran seperti anak-anak muda lainnya itu sebenarnya enggak boleh. Kalau memang mau, langsung tunangan dan menikah saja.

Akibat kejadian itu, keluarganya langsung menanyai Shania akan hubungannya denganku. Ternyata sejak itu, malah hubungan kami jadi semakin dekat. Padahal ketika itu Shania sudah mempunyai seorang teman dekat. Jadi hubungan kami seperti cinta segitiga, dan dia bingung mau memilih yang mana.

Sampai kemudian teman dekatnya itu datang ke Jakarta. Bukannya aku menganggap dia sebagai saingan, malah aku mendekati temannya itu. Mulai dari mengajaknya main tenis, nonton film, jalan-jalan dan lain-lain. Sampai temannya itu bingung mengapa aku begitu baik dengannya.

Pekerjaan Shania membawanya harus bepergian ke Singapura setiap Jumat sampai Minggu. Karena aku enggak mau hubungan yang sudah dekat ini kembali merenggang, setiap akhir minggu aku selalu mengunjungi dia ke Singapura.

Akibatnya, tabungan habis untuk tiket dan telepon. Tapi aku enggak menyerah, malah membuat aku semakin kreatif mencari uang. Segala usaha aku geluti. Yang penting aku enggak minta uang dari orangtua.

Lama-lama, Shania menyerah juga dan memilih aku untuk menjadi pasangannya. Desember 1998, kami resmi berpacaran. April 1999, kami tunangan dan menikah Februari 2000. Sekarang kami memperoleh tiga buah hati, Sairaa Punjabi (8), Nayla Punjabi (4,5) dan Rehaan Punjabi (16 bulan).

Edwin Yusman F. Foto: Dok. Pribadi