TJ, Dari Kapal Pesiar, Kafe, Lalu "Nyinden"

By nova.id, Kamis, 20 November 2008 | 04:02 WIB
TJ Dari Kapal Pesiar Kafe Lalu Nyinden (nova.id)

Pada saat lolos audisi dapat hadiah apa? Wah, banyak orang bertanya soal itu. Padahal, lolos dari audisi KE bukan berarti dapat hadiah uang banyak. Pemenangnya dapat kontrak main di Extravaganza. Aku terima honor setiap bulan dan dikontrak per tahun. Awalnya, dikontrak untuk tiga bulan. Jujur saja, banyak yang salah persepsi soal ini. Dikiranya setelah main di Extravaganza aku langsung dapat uang banyak. Padahal, justru menyisakan hutang banyak untuk biaya kampaye selama audisi dulu ha...ha...ha...

Honorku masih dipotong Mama untuk menyicil hutang. Soal ini enggak banyak orang yang tahu. Tapi, yang pasti sekarang Mama sudah bisa beli meja makan yang sejak dulu diidam-idamkannya. Rumah kami, kan, super mungil, jadi enggak cukup untuk punya meja makan. Kami terbiasa makan sambil duduk di karpet atau di mana saja. Nah, setelah main di Extravaganza, Mama sekarang tinggal di rumah kontrakan yang agak besar di Depok. Jadi, ada tempat untuk menaruh meja makan kecil. Aku sendiri indekos di dekat Trans TV.

Bagaimana rasanya bisa tampil di acara yang disukai banyak orang? Yang pasti aku gembira tak terkira, campur bangga, dan bingung. Aku bingung karena sekarang banyak orang suka ngeliatin aku, padahal aku paling enggak suka diliatin. Dulu, kalau ada orang yang ngeliatin, bisa langsung aku tegur, lho!

Bercita-cita ingin jadi penyanyi rock, malah jadi sinden, ya? Dari kecil sebenarnya aku suka memerhatikan apa saja yang berbau seni. Termasuk kesenian wayang orang. Kalau kita lihat pertunjukan wayang, kan, ada suara sindennya yang melengking-lengking, tuh. Aku pikir, keren banget kalau bisa menyanyi seperti itu. Aku jadi sering menirukan suara sinden di rumah. Ternyata, ada untungnya juga sekarang. Pada saat Teh Tike melahirkan, aku diminta tim kreatif Extravaganza jadi personil Sinden Gosip. Awalnya diminta menggantikan gaya Teh Tike, nyinden dengan langgam Sunda. Eh, malah belepotan dan enggak pantas. Yang keluar malah logat Jawa. Ya, sudah, apa boleh buat. Wong kalau nyinden lidahku langsung jadi wong Jowo. Padahal, papaku orang Kalimantan, suku Dayak. Tapi berkahnya, justru dengan logat Jawa, aku jadi punya ciri khas dan konon kabarnya banyak yang suka.

Kesannya, kan, tomboi, kok, bisa genit dan luwes juga saat jadi sinden? Ha..ha.. Berarti aktingku bagus, ya? Aku aslinya memang senang naik motor, pakai kacamata hitam, jaket kulit. Badanku juga penuh tato. Jadi sinden, kan, itu pekerjaanku. Aku hanya orang biasa yang kerjanya melawak di TV. Beruntung sekali, aku dulu suka bergaul dengan banyak orang, jadi bisa berakting lebih luwes. | Waktu masih sekolah, dari warung ke warung, sampai tukang ojek kenal sama aku. Teman-temanku bilang mereka semua fansku. Meski tomboi, aku pandai masak, lho! Aku memang suka membantu Mama di dapur sejak kecil. Mama bilang, masakanku enak. Mama paling suka tumis kangkung dan tempe tepung buatanku. Tapi aku paling suka sama teri pedas buatan mamaku.

Dekat banget ya, sama Mama? Bisa digambarkan sedekat apa? She is my life. Hanya Mama yang aku punya dan hanya aku yang Mama punya. Mama ada di jantung hatiku (seraya menunjukan tato berupa sebaris kalimat yang ada di dada sebelah kirinya, "Di sini ada Mama").