Dewi Rezer Tak Takut Berkat Hypnobirthing

By nova.id, Senin, 3 November 2008 | 03:35 WIB
Dewi Rezer Tak Takut Berkat Hypnobirthing (nova.id)

Dewi Rezer Tak Takut Berkat Hypnobirthing (nova.id)

""

Mitos bahwa melahirkan itu sakit, tampkanya sudajh tak berlaku lagi bagi Dewri Rezer, artis cantik dan istri pesinetron Marcellino Lefrandt. Kok, bisa?

Saat mengandung, kebetulan Dewi melihat tayangan soal melahirkan dengan cara hypnobirthing, terapi untuk mengurangi rasa sakit saat persalinan.

Dewi yang mengaku cengeng ini, langsung tertarik. "Selama hamil, saya selalu ketakutan. Takut sakitlah, takut enggak nyamanlah. Nah, dengan cara ini, ketakutan tadi bisa dihilangkan," ungkap Dewi mengawali ceritanya.

Hanya saja, Dewi tak mendapat informasi lengkap tentang hypnobirthing dari acara teve tadi, hingga perlu mencari informasi tambahan. Sayangnya, meski sudah bertanya ke mana-mana, bahkan mendatangi sejumlah rumah sakit, Dewi belum mendapatkan informasi yang jelas.

Uniknya, saat sedang jalan-jalan di mal, Dewi mendapat kartu nama Lanny Kuswandi, yang mengembangkan teknik relaksasi dan hypnobirthing. Dewi langsung menghubungi Lanny dan mengikuti terapi tadi. Ia mengikuti 3 kali pertemuan yang katanya penuh manfaat. "Ya, semacam relaksasi atau sugesti, tapi bukan hipnotis. Alam sadar kita masih lebih besar. Motivasi kita bisa terwujud karena alam sadar mendukung. Jika alam sadar menolak, misalnya merasa sakit, malah akan benar-benar terjadi sakit. Setelah 3 kali pertemuan, saya diminta latihan sendiri di rumah.'

Sejak itulah, Dewi mengeset pikirannya, melahirkan tidak sakit, aman, dan nyaman. "Saya juga selalu ngobrol dengan janinnya. Misalnya, 'Kalau lahir malam hari, jangan di jam macet ya'. Atau, 'Lahirnya pintar dan cepat ya, jangan bikin Mami sakit'. Ibu Lanny juga bertanya, mau melahirkan normal atau Caesar. Langsung saya jawab, normal. Saya lalu diminta mengeset pikiran untuk melahirkan normal."

Dewi sempat bertanya ke salah satu temannya yang juga menerapkan hypnobirthing. "Malah, dia sampai di rumah sakit sudah bukaan delapan. Hanya tiga kali mengejan, bayinya sudah keluar. Saya makin tertarik agar tidak mengalami ketakutan sekaligus mengatasi kecengengan saya. Yang penting, kan, saya merasa pede dan nyaman." Berkat hypnobirthing, Dewi tenang menghadapi persalinan. Bahkan malam sebelum melahirkan Dewi masih sempat nonton konser mini dan gaul dulu dengan teman-temannya. Sampai di rumah sakit, ternyata sudah bukaan enam. Akhirnya, 21 Desember 2007, putri cantiknya, Marcelle Brinette Renee Lefrandt atau akrab dipanggil Brinette, lahir. "Yang sakit justru jahitannya. Tapi, kan, yang namanya jahitan, memang sakit, mau di mana pun posisinya. Proses kelahirannya sangat cepat. Bayangkan, sampai di rumah sakit pukul 04.15, pukul 05.47 sudah melahirkan." Makanya Dewi heran jika ada ibu-ibu yang mengeluh melahirkan itu seperti hidup dan mati. "Padahal, sih, enggak ada apa-apa, sakitnya juga enggak luar biasa."

Seperti apa, sih, yang dilakukan Dewi hingga merasa tenang, nyaman, dan tidak sakit? Dewi diajarkan relaksasi otot, bagaimana caranya menarik napas, konsentrasi agar relaks. "Ada, kok, CD dan buku panduannya. Jadi, fokuskan pikiran kita, bayangkan yang senang-senang. Betapa senangnya mendapatkan bayi yang lucu dan sehat. Tegangkan seluruh otot lalu lepaskan, rasanya rileks sekali." Lalu, lanjut Dewi, "Jika bukaan sudah sempurna, bukaan 10, ucapkan dalam hati, perintahkan tubuh kita untuk memperlebar jalan lahir agar cepat keluar." Dewi lebih memilih ikut terapi daripada membaca buku. "Karena praktik lebih cepat dimengerti dan dilakukan sendiri di rumah," papar Dewi yang mengaku Brinette memang terlihat lebih tenang dan tidak rewel. "Hanya saja saya belum mendapat bandingannya dengan anak lain, yang ibunya memilih hypnobirthing."

Akan melakukan cara yang sama untuk anak kedua? "Pengen, sih, punya anak lagi. Tapi nanti kalau Brinette sudah dua tahun, sekarang, kan, masih kecil." Selain berpengaruh ke anak, cara ini juga berpengaruh pada kehidupan sehari-hari dan pekerjaan dewi. "Misalnya, saat ingin naik lift. Di apartemen tempat kami tinggal, kebetulan ada dua lift. Yang satu kurang nyaman. Begitu konsentrasi ingin mendapatkan lift yang enak, langsung lift tersebut terbuka di hadapan saya."

Intinya, lanjut Dewi harus berpikir positif dan tidak boleh ragu-ragu. "Kita bisa merencanakan ke depan apa yang ingin dilakukan, kok. Saya yang dulunya tidak sabar, sekarang jadi lebih sabar. Dulu, kan, kalau kontrak kerja enggak jadi, pasti sibuk cara penyebabnya. Sekarang, sih, kalau enggak jadi, ya, sudah, nanti pasti dapat kontrak yang lebih bagus," ujar Dewi bijak. Nove

Foto : Ferdi