Eko Setiyoasih, Sekolah Gratis untuk Anak Berkebutuhan Khusus

By nova.id, Sabtu, 29 Agustus 2015 | 03:05 WIB
Eko Setiyoasih (nova.id)

Apa yang membuat Anda terjun membantu anak berkebutuhan khusus?

Sejak remaja saya memang sudah aktif di bidang kemanusiaan. Sejak SMP, saya sudah tertarik menangani pasien panti jompo, sejak SMA menjadi relawan di panti asuhan. Saya juga mengambil pendidikan D2 untuk tuna netra dan magang di SLB. Di situ saya lihat fenomena bahwa rata-rata hanya anak SLB dari kalangan mampu yang bisa meneruskan terapi dan les, sementara anak berkebutuhan khusus dari masyarakat kelas bawah tidak. Ini yang membuat saya kemudian berniat mengabdikan diri dan membantu semampu yang saya bisa, anak berkebutuhan khusus dari masyarakat kelas menengah bawah tersebut.

Saya juga ibu dari anak berkebutuhan khusus, lo. Anak pertama saya, Okstalvilya Risky Primajati (20), adalah anak berkebutuhan khusus. Jadi, saya tahu betul bagaimana perasaan orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Mereka butuh dukungan. Ini juga berangkat dari pengalaman pribadi saya.

Boleh diceritakan pengalaman Anda itu?

Suami saya tidak mendukung kegiatan saya terlibat membantu anak-anak berkebutuhan khusus, bahkan ia menganggap anak pertama saya menjadi berkebutuhan khusus karena “tertular”, akibat aktivitas saya yang dekat dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Saya akhirnya diceraikan. Hingga saat ini, saya ini seorang single parent yang membesarkan tiga anak. Anak saya yang kedua dan ketiga, Drajat Dadang Iskandar dan Harganingtyas Estin Marselina Putri Zam-Zam, alhamdulillah normal seperti anak lainnya. Malah mereka bisa berprestasi dan mengerti keadaan saya.

Apakah Anda ikut pendidikan khusus?

Latar belakang pendidikan saya dari SMA kemudian belajar SGPLB Jurusan A di Surakarta dan melanjutkan studi di Universitas Sriwijaya di FKIP Bimbingan Konseling. Saya juga membekali diri dengan seminar dan beberapa pelatihan untuk anak berkebutuhan khusus. Selama ini semua biaya masih mandiri, dari kantong sendiri. Saya memang harus terus meningkatkan pengetahuan, sehingga saya bisa terus belajar dan membantu anak-anak.

Kapan mendirikan SLB Anugerah?

Saya melihat bahwa di lingkungan saya banyak anak berkebutuhan khusus, maka saya pun melakukan pendekatan kepada para orangtua. Awalnya, saya yang datang ke rumah mereka. Kemudian mereka, di sore hari, mulai mau mengantarkan anaknya ke rumah untuk mendapatkan terapi. Mungkin karena perkembangan anak-anaknya bagus, mereka kemudian meminta saya mendirikan sekolah saja dan beraktivitas di pagi hari. Ya sudah, tahun 2010 akhirnya saya mendirikan SLB Anugerah di rumah saya di Kepoh RT 05/ 06, Tohudan, Colomadu, Karanganyar tanpa dipungut biaya alias gratis.

Bagaimana perkembangannya sekarang?

Alhamdulillah berkembang dengan baik. Dulu muridnya bisa dihitung dengan jari, relawan juga baru 3 hingga 4 orang. Anak didik yang ikut tinggal dengan saya dulu baru 4 orang, sekarang sudah 15 orang. Saya memang menerima orangtua yang menitipkan anak-anak mereka. Gunanya agar mereka mendapatkan pendampingan terapi dan lebih intens belajar. Alhamdulillah, perkembangannya bisa terlihat. Anak berkebutuhan khusus ini juga tidak cuma dari kota Karanganyar dan Surakarta saja, tetapi ada juga yang dari luar kota.

Begitu juga dengan relawan, sekarang bertambah hingga 12 orang. Mereka juga enggak hanya berasal dari kota Karanganyar tetapi ada juga yang jauh, dari Klaten. Saya yakin niat baik itu tentu juga akan menghasilkan hal yang baik pula. Dan sampai saat ini, saya ingin terus berjuang agar anak-anak berkebutuhan khusus dari masyarakat tidak mampu pun mendapatkan perhatian.