Usia Berapa Anak Akan Berhenti Tantrum?

By , Senin, 3 Agustus 2015 | 04:22 WIB
Tantrum pada anak, sampai umur berapa akan terjadi? (Nova)

Pemandangan anak balita yang tiba-tiba menjatuhkan badannya ke lantai, menangis kencang, dan menendang-nendangkan kaki sepertinya sering dijumpai di tempat umum. Bahkan tak heran jika justru buah hati Anda yang melakukannya dan membuat Anda pusing tujuh keliling. Kondisi seperti inilah yang disebut sebagai temper tantrum atau biasa disingkat menjadi tantrum.

Apa maksud tantrum ini? Menurut Vera Itabiliana K. Hadiwidjojo, Psi dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, tantrum pada anak biasanya terjadi ketika ada sesuatu berjalan tidak sesuai dengan keinginan anak tersebut. “Misalnya anak merasa lelah, lapar, haus, kepanasan, atau berada di tempat yang sangat bising dan membuatnya frustasi. Hal-hal tadi bisa membuat anak tantrum atau mengamuk. Intinya, tantrum terjadi jika ada sesuai yang ia inginkan namun tidak terpenuhi, misalnya ketika di mall anak ingin membeli mainan tapi tidak diizinkan,” papar psikolog anak dan remaja ini.

Tantrum pada anak umumnya terjadi pada usia 1 tahun hingga anak menjelang usia 5 tahun. Namun, menurut Vera, puncak tantrum berada pada usia 1 – 3 tahun.

“Pasalnya, pada usia tersebut anak belum memiliki kemampuan yang baik untuk menyampaikan apa yang ia rasakan. Ia belum mahir berbahasa karena masih dalam tahap perkembangan,” pungkasnya. Inilah yang kerap membuat para orangtua kebingungan. Pasalnya, tak jarang orangtua pun terpancing emosinya karena tak paham akan keluhan yang disampaikan oleh anaknya dengan cara mengamuk.

Baca: Mengatasi Tantrum pada Anak

Sementara itu, pada usia di atas 3 tahun umumnya anak sudah memiliki kemampuan berkomunikasi yang lebih baik. Akibatnya, Si Kecil lebih pandai mengekspresikan dan mengutarakan emosi pada orang lain, yaitu dengan cara berbicara. Maka untuk melatih anak agar tak tantrum, diperlukan banyak bantuan dari lingkungan atau orangtua untuk mengajarkan anak memverbalkan emosinya.

Dengan kata lain, orangtua wajib untuk membantu anak mengenali emosi yang ia rasakan. Salah satu cara mengurangi tantrum pada anak adalah dengan mengajaknya bicara dan mencari tahu alasan ia tantrum.

“Setelah itu, Anda sampaikan apa nama rasa yang ia alami tersebut dan bagaimana penyampaian yang seharusnya dilakukan. Apakah marah, sedih, bête, atau kecewa,” kata Vera.

Contohnya bila ia mengamuk ketika mainannya dipegang oleh Sang Sepupu, ucapkan padanya, “Kamu marah karena mainanmu dibawa adik, ya? Nah, lain kali kalau kamu merasa marah seperti itu, kamu bilang dong, aku marah karena adik memakai mainanku.”

Namun yang terpenting, tentu Anda harus segera mengambil sikap ketika ia mulai belajar mengatakannya. “Misalnya hentikan dulu aktivitas Anda ketika buah hati menunjukkan sikap marah atau kecewa. Lalu beri ia perhatian. Jika Anda malah bersikap abai, ia akan kembali pada kebiasaan tantrum,” tegas Vera.

Baca: Tantrum Anak Usia 2 - 5 Tahun

Namun, di usia berapa anak akan berhenti tantrum? Vera menjelaskan, sebenarnya tantrum pada anak memiliki masa yang berbeda-beda. “Wajar jika anak sesekali tantrum, karena pada dasarnya setiap anak secara alami memiliki dorongan-dorongan emosi yang harus ia keluarkan. Caranya macam-macam, tantrum dapat disalurkan melalui membanting barang, membantingkan diri dan menendang-nendang, memukul seseorang, bahkan ada pula yang membantingkan kepalanya pada suatu benda,” tegas Vera.