Sempat bekerja selama sepuluh tahun di perusahaan asing dan mempunyai usaha sendiri, Herni Johan (38) bangkrut habis-habisan. Pada akhirnya, dia menjadi pengojek berbasis aplikasi.
Perempuan yang akrab disapa Mpok Jo ini awalnya memilih bekerja sebagai pengojek pangkalan setelah sempat mundur dari perusahaan tempatnya bekerja, ditipu oleh anak buahnya, sampai usaha serta harta bendanya habis dan bangkrut.
"Dulu saya mah kerjanya sudah sepuluh tahun di Epson, perusahaan Jepang itu, jadi engineering. Saya sempat ngerasain punya rumah, punya mobil, tapi namanya orang kena musibah ya, jadi ibaratnya balik lagi ke nol gitu," kata Mpok Jo kepada Kompas.com, Rabu (5/8/2015). Saat itu, Mpok Jo memutuskan mundur dari perusahaan tempatnya mengabdi bertahun-tahun demi fokus pada usahanya yang dia bangun sendiri. Namun, dari usahanya itu, dia semakin terpuruk karena ditipu oleh anak buahnya. Di tengah keterpurukan itu, Mpok Jo yang memang memiliki keahlian berkendara, baik mobil maupun sepeda motor, memutuskan untuk ngojek. Perempuan kelahiran Jakarta ini sempat merasa ragu, minder, dan gengsi sebelum menjadi pengojek pangkalan. Tetapi, semua keraguan itu tidak dia hiraukan. Mpok Jo sendiri adalah satu-satunya pengojek perempuan di pangkalannya saat itu. Sampai suatu saat, ada sales dari salah satu perusahaan ojek berbasis aplikasi menawarkan dia dan temannya untuk bergabung. "Saya baru lima bulan ngojek di pangkalan, terus datang salesnya Grab Bike. Ya biasalah, sales kan nawarin gitu. Tapi saya enggak langsung ambil tuh, ada pikir-pikirnya dulu kan," ujar Mpok Jo.
Baca juga: Jadi Supir Gojek, Begini Aktifitas Gadis Cantik Eugenie Patricia Dia mengaku akhirnya menerima tawaran sales tersebut karena ingin mencoba hal baru. Selama menjadi pengojek pangkalan, Mpok Jo hanya bekerja di wilayah yang sama dan penghasilannya sehari hanya cukup untuk makan. Kondisi saat Mpok Jo ngojek di pangkalan dengan menjadi pengojek berbasis aplikasi, sangat terlihat perbedaannya, terutama dari sisi penghasilan. Jika sehari Mpok Jo dapat Rp 200.000 sebagai pengojek pangkalan, kini yang bisa dia bawa pulang adalah dua kali lipatnya, bahkan lebih. "Sampai orangtua bingung, tuh. Kalau dulu kirim (uang) segini, sekarang jadi lebih banyak. Saya ditanya, 'kok tumben setorannya nambah banyak?' Saya bilang saja, namanya juga rezeki," ujar Mpok Jo. Kini, Mpok Jo masih aktif sebagai pengojek di Grab Bike. Dia juga perempuan pertama yang bergabung dengan Grab Bike. Dengan besarnya penghasilan yang dia miliki sekarang, membuat Mpok Jo jadi senang berbagi dengan orangtua dan anggota keluarga lainnya. Mpok Jo juga dipercaya oleh manajemen Grab Bike sebagai koordinator lapangan pengojek-pengojek Grab Bike lainnya.
Andri Donnal Putera / Kompas.com