Soal berbagi ilmu, anggota SR lainnya, Ny. Pardiman, pemilik usaha bordir gim untuk kostum wayang, juga merasakan manfaatnya. “Saya tidak mengajarkan membordir gim karena banyak yang tidak telaten. Saya mengajar membuat tas dari rajutan tali,” jelasnya.
Keterampilan membuat tas dari tali diperoleh Ny. Rajiman dari internet. “Yang mencarikan tutorial cucu saya yang kelas 2 SD. Saya sendiri mana bisa membuka internet. Nah, karena cucu saya yang pintar, dia yang mencarikan ilmu di internet. Saya belajarnya tahap per tahap. Setelah bisa, saya ajarkan ke anggota SR. Begitulah, teman-teman sekarang sudah bisa membuat tas. Ada yang sudah bisa terima pesanan. Harganya lebih murah dari tas serupa yang dijual di toko.”
Berawal dari Kelurahan
Cikal bakal terbentuknya SR, kata Ratna, berawal dari aktivitasnya di PKK Kelurahan Condong Catur. “Suatu kali oleh istri Bupati Sleman, saya diminta aktif di Sekolah Jumat Kabupaten Sleman. Beberapa keterampilan diajarkan ke sana. Tapi setelah saya amati, beberapa ahlinya kok banyak yang dari Depok? Lalu tercetuslah ide membuat Sekolah Rebo. Maksudnya agar ibu-ibu yang ahli ini bisa saling tukar ilmu. Siapa tahu bisa dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan tambahan,” jelasnya.
Sejauh ini, lanjutnya, SR tidak mematok target atau semacam kurikulum secara tertulis yang “kaku”. Jadwal pelajaran sudah disusun per semester, tetapi kadang kala bisa “berbelok,” bergantian. Bulan ini kuliner, berikutnya keterampilan. Tetapi kadang saya turuti apa maunya anggota. Yang penting terselenggara rutin dan selalu ada peminatnya,” ungkap Ratna.
SR kini menjadi kepanjangan tangan dari kegiatan Pemberdayaan Perempuan tingkat Kecamatan Depok, Yogya, dan dua tahun lalu pernah memperoleh bantuan dana hibah dari Kabupaten Sleman sebesar Rp15 juta. “Uang sebanyak itu dimaksudkan untuk penguatan modal kegiatan SR. Tetapi sekarang dikembangkan untuk pinjaman antaranggota dengan mengutip sedikit biaya administrasi. Maksudnya sih, kalau ada anggota ingin mengembangkan keterampilannya menjadi sebuah usaha, bisa pinjam uang itu. Sekarang uangnya sudah berkembang menjadi sekitar Rp21 juta.”
Sayangnya, harapan Ratna belum sepenuhnya terpenuhi. Memang ada beberapa yang mau menerima pesanan kue dan kerajinan, tetapi belum terlihat yang secara profesional mau menekuninya atau mengembangkan sebagai usaha. “Ada, lo, anggota SR yang menjadi juara merajut tingkat nasional. Begitu barangnya dipamerkan, tidak boleh dibeli. Juga tidak mau memproduksi agar orang lain memiliki karyanya.”
Meski begitu, Ratna tetap berharap SR tetap dilibatkan ke berbagai pameran agar anggotanya semakin terbuka dan mau mengambil peluang usaha lewat keterampilan yang dimilikinya. Rini Sulistyati