<>Jadi, bila orang menyorot cara bersedekah lalu mengatakan saya ini kelebihan uang, saya jawab saja, “Amin,” atau, “Alhamdulillah.” Padahal, yang sesungguhnya terjadi adalah, saya sekadar ingin berbagi rezeki dari hasil kerja yang saya lakoni.
Yang belum beruntung adalah urusan rumah tangga. Saat ini status saya single parent. Perceraian setahun lalu terus terang sempat membuat saya agak bingung. Ada dua anak yang mesti saya besarkan, si sulung Jovinka Carenst Azaria (10) dan adiknya, Charlito Trevan (8). Jovinka sejak kecil sudah berprestasi, mengumpulkan puluhan piala dan penghargaan sebagai model cilik. Sekarang, ia punya hobi memasak dan bercita-cita menjadi master chef.
Kedua anak sering saya tinggal ke luar negeri untuk urusan bisnis. Namun, keduanya jarang protes karena di rumah mereka bersama karyawan saya yang biasa membantu keperluan mereka sehari-hari. Sebaliknya bila musim libur anak-anak sering saya ajak liburan ke luar negeri.
Tidak mudah memang menjadi orangtua tunggal, tetapi saya tetap membuka diri, tetap bergaul di sela kesibukan, dan ikut berbagai komunitas perempuan. Bila masih ada jodoh, ya, kenapa tidak? Saya masih membuka hati kok. Di sisi lain, kesendirian saya ada untungnya juga. Sebagai pebisnis, saya bisa menentukan apa yang saya maui. Mengambil keputusan sendiri dan berbisnis ke negara mana pun saya mau pergi.
Sedekah Titipan
Kembali ke urusan Warung Sodaqoh. Sekarang Warung Sodaqoh sudah berjalan kurang lebih setahun. Dalam perjalanannya, saya banyak mendapatkan bantuan dan apresiasi. Misalnya, ketika saya berbelanja daging atau sayur, ada saja bakul langganan di Pasar Kota Gede yang tidak mau dibayar atau memberi potongan harga yang besar. “Saya juga ingin sedekah. Titip ini,” tutur pedagangnya. Begitulah. Istilahnya mereka titip sedekah pada saya.
Yang saya harapkan saat ini sebenarnya adalah mencari lebih banyak relawan untuk membantu melayani di warung. Sejauh ini yang melayani adalah karyawan perusahaan saya, atau tenaga pocokan yang saya bayar. Andai ada tenaga relawan, mungkin saya bisa menambah warung nasi lagi di lain tempat. Dengan demikian semakin banyak kaum duafa kenyang di hari Jumat.
Kalau soal uang, banyak yang bersedia mengulurkan bantuan. Tapi pelaksana di warung itu yang sulit dicari, karena tugasnya memang relatif berat. Atau, banyak orang yang mau jadi relawan, tapi tidak memiliki waktu karena berbenturan dengan hari kerja.
Jadi begitulah, masih banyak yang belum saya lakukan. Tetapi alhamdulillan sejauh ini sudah mendapat apresiasi dari masyarakat. Tentu ini amat saya syukuri. Dari apa yang saya lakukan itu, jadi tambah saudara. Silaturahim dengan kaum duafa terjalin baik. Betapa tidak, ketika sedang jalan-jalan, ada saja yang mengenali. Terutama kaum duafa yang pernah makan di warung. Wajar, saya tidak hafal karena yang antre tiap hari Jumat banyak. Saya tidak ingat wajahnya satu per satu.
Berkah terakhir yang menghampiri saya adalah menjadi bintang iklan. O iya, sebagai model iklan, saya dibayar secara profesional lo. Dan tentu uangnya saya kembalikan lagi ke Warung Sodaqoh. Karena sudah merasakan berkahnya, maka ke depan saya ingin Warung Sodaqoh ini bisa dibuka di seluruh Indonesia. Biar orang lain saja yang bersedekah. Saya jadi konsultannya saja. Karena tidak mungkin saya mengurusi semua Warung Sodaqoh, kan? Saya cukup mengurus yang di Yogya saja.
Rini Sulistyati