Berbagi Peran Antara Ibu dan Pengasuh Agar Kompak

By nova.id, Jumat, 16 Oktober 2015 | 06:42 WIB
Antara Ibu Anak dan Pengasuh (nova.id)

Menerima Keterbatasan

Peran ibu, ayah, serta pengasuh anak tidak bisa menggantikan sepenuhnya peran satu sama lain. Oleh karena itu, bila Anda adalah ibu bekerja, selalu usahakan komunikasi yang lancar dan bina kedekatan dengan anak. Contohnya, menghubungi anak saat Anda sedang bekerja, menyediakan waktu bersama anak usai pulang bekerja, dan bekerja sama melakukan pekerjaan rumah tangga. “Jadi, hubungan tetap berkualitas.”

Ibu bekerja juga perlu memiliki catatan khusus perkembangan anak yang didelegasikan kepada pengasuh. Selain itu, berkomunikasilah dengan guru di sekolah agar mengetahui keperluan dan kegiatan anak. “Kepekaan atau respons positif yang ditunjukkan ibu dalam keseharian kegiatan anak akan berkontribusi pada kedekatan ibu dan anak.”

Meski demikian, tak jarang ibu bekerja merasa bersalah karena menitipkan anak pada pengasuh. “Setiap keputusan memiliki konsekuensi, namun tidak semua konsekuensi dapat dijalani dengan hati yang ringan. Oleh karena itu, bila tidak dapat memenuhi semua hal ideal dalam mengasuh anak, ibu perlu menerima keterbatasan diri sendiri,” saran Aurora.

Alihkan pikiran negatif dengan mengingat hal-hal positif yang Anda berikan untuk anak. “Sebuah penelitian menunjukkan, ibu bekerja yang merasa puas dengan pekerjaannya akan tampil sebagai ibu yang bahagia dan lebih responsif dalam mengasuh anak. Sebaliknya, ibu yang mengalami ketidakpuasan dalam bekerja cenderung kurang mendukung dan terlalu mengontrol anak sehingga anak terdorong menunjukkan perlawanan atau sikap negatif.”

Muncul Persaingan

Munculnya persaingan antara ibu dan pengasuh anak bisa disebabkan ibu kurang terlibat dalam pengasuhan anak. “Beban pekerjaan sedang banyak sehingga ibu lelah dan kurang sabar dalam menghadapi anak. Anak pun lebih senang bersama pengasuh karena ‘jarang dimarahi’ pengasuh. Nah, hal ini bisa memicu persaingan antara ibu dan pengasuh.”

Kurang komunikasi atau umpan balik yang konsisten dengan pengasuh juga bisa memicu rasa bersaing. “Pengasuh merasa apa yang dilakukannya sudah tepat karena ia mampu membuat anak nyaman. Padahal sebenarnya pembantu bersikap permisif. Hal ini bisa memicu konflik yang lebih tajam jika pengasuh tidak mau menerima masukan.”

Maka, segera perbaiki kekurangan dalam hubungan dengan anak. “Bila ibu tidak memperbaiki dan membiarkan pengasuh menangani anak sepanjang hari, anak pun semakin terlihat lebih dekat dengan pengasuh,” tegas Aurora. Mulailah dari hal simpel seperti menyikat gigi bersama atau membacakan cerita di malam hari, bermain atau pergi keluar rumah hanya bersama ibu dan ayah.  

Menjadi Bagian Keluarga

Saat harus bekerja, Winny Citra Dewi Utami (31) mempercayakan pengasuhan putranya, Syakuurrahman Aliff (5), kepada pengasuhnya, Cici. “Selain menyiapkan makan dan pakaian Syakuur, Cici menemani Syakuur mengerjakan tantangan (homework) dari sekolah, sambil menunggu kami pulang kerja.”

Meski ditemani Cici, Winny mengakui Syakuur tumbuh mandiri dan tetap dekat dengan Winny serta ayahnya, Akhmad. “Ada satu pengalaman mengharukan saat saya dan suami pulang kerja. Ternyata ruang keluarga sudah disulap menjadi ‘restoran’ dengan dekorasi sederhana. Di meja makan ada makanan dari dough dan jus jeruk yang dibuat Syakuur. Kata Cici, ini adalah ide Syakuur agar Ambu dan Abeh yang capek pulang kerja bisa langsung makan dan minum.”

Selain gaji dan tempat tinggal yang layak, Winny memberikan apresiasi dengan turut turun tangan mengerjakan pekerjaan rumah tangga di akhir pekan. “Saya sudah menganggapnya bagian dari keluarga,” ujar Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini.

Soca Husein