alam hidup berumah tangga, tidak menutup kemungkinan pasangan suami-istri (pasutri) menghadapi beragam persoalan. Di antaranya masalah pengasuhan anak, pemenuhan kebutuhan keluarga, komunikasi dengan pasangan, masalah dalam pekerjaan, dan lain sebagainya.
Semua permasalahan ini sedikit banyak dapat memengaruhi relasi dengan pasangan, misalnya problem aktivitas seksual. Aktivitas seksual pasutri adalah momen keintiman untuk mencurahkan perasan, kasih sayang, dan cinta secara lebih personal satu sama lain.
Nah, ketika pasutri mendapatkan persoalan, secara psikologis otak akan bekerja untuk memikirkan cara pemecahan masalah yang bisa menghambat pengeluaran “happiness hormon” saat melakukan aktivitas seksual.
Ada beberapa problem serius yang bisa merusak gairah seks Anda dan suami. Seperti apa dan bagaimana penanganannya? Berikut penjelasan Debora Basaria, M.Psi., Psi., Psikolog Klinis dan Dosen di Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara.
Baca: Kehidupan Seks Lesu? Pakar Ungkap Tips Kembalikan Gairah
asalah perselingkuhan merupakan salah satu persoalan krusial yang dapat memengaruhi kelangsungan hidup berumah tangga. Isu mengenai kesetiaan dan kepercayaan dengan pasangan menjadi dua hal yang dipertanyakan ketika terjadi perselingkuhan. “Ketika katakanlah salah satu pasangan yang ketahuan berselingkuh bisa dimaafkan oleh pasangannya, belum tentu keadaan bisa kembali seperti semula. Perlu adaptasi dan penyesuaian lagi dengan pasangan atas luka yang timbul lantaran perselingkuhan yang terjadi. “
Nah, bisa saja salah satu pasangan curiga bahwa si dia memikirkan orang lain saat melakukan aktivitas seksual. Ini akan membuat aktivitas seksual menjadi tidak nyaman dan berasa hambar. “Untuk mengatasinya perlu kedua belah pihak saling membuka komunikasi dengan tujuan membentuk kembali kepercayaan antara kedua belah pihak.”
aby Blues Syndrome yang biasa juga dikenal sebagai Postpartum Distress Syndrome merupakan suatu kondisi dimana muncul perasaan gundah gulana atau adanya perasaan sedih yang dialami oleh para ibu pasca melahirkan. Ketika istri masih belum bisa mengatasi kondisinya ini maka menjadi sulit suami untuk mengajak istri untuk melakukan aktivitas seksual. “Apalagi ketika ada kekhawatiran dari sang istri dia bisa kembali hamil saat melakukan hubungan seksual dengan suami.”
Nah, ketidaksiapan untuk hamil lagi bisa membuat istri juga enggan menanggapi ajakan aktivitas seksual dari suami. “Untuk mengatasinya, suami disarankan memberikan atmosfer yang positif akan hadirnya bayi dalam lingkup keluarga dan memberikan perhatian lebih pada istri.” Jika kondisi baby blues dari istri terus berlanjut, tidak ada salahnya pergi bersama untuk berkonsultasi dengan psikolog.
Baca: Pengantin Baru tapi Jarang Bercinta? Ternyata Anda Tak Sendiri....
Suami Trauma Menyaksikan Istri Melahirkan
eristiwa melahirkan anak pada beberapa pasutri merupakan momen yang tidak ingin dilewatkan, bahkan ingin diabadikan dengan membuat dokumentasi video ataupun mendampingi istri secara langsung menghadapi proses persalinan. Proses persalinan pada beberapa istri terkadang membutuhkan waktu lebih lama, sehingga penantian selama proses persalinan bisa menjadi stressor sendiri bagi beberapa pasangan.
“Ketika suami melihat istri berjuang dengan sekuat tenaga untuk melalui proses persalinan, ekspresi sakit dari istri, teriakan yang mungkin disuarakan istri, melihat bayi keluar melalui proses persalinan normal bisa menjadi ‘pengalaman negatif’ bagi beberapa suami yang mendampingi proses persalinan.”
Terkait dengan aktivitas seksual, persepsi bahwa istri mengalami kesakitan yang sangat di daerah vagina pascamelahirkan bisa membuat suami mengurangi keinginan untuk bersenggama dengan istri. “Persepsi dari suami ini bisa saja salah, sehingga perlu kiranya usai persalinan suami-istri berkomunikasi satu sama lain agar persepsi yang mungkin salah bisa diluruskan. Alhasil, aktivitas seksual mereka berdua tidak terganggu.”
alam kehidupan rumah tangga, kestabilan ekonomi memang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para anggota keluarga. Beberapa pasangan pasutri memutuskan untuk sama-sama bekerja dalam usaha pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Ketika salah seorang dari pasangan kena musibah misalnya mengalami pemutusan kerja (PHK) atau usahanya bangkrut, tentu ini bisa memengaruhi tataran perekonomian dalam keluarga.
“Katakanlah suami mengalami PHK atau usahanya bangkrut, sebagai kepala rumah tangga mungkin akan mengalami krisis kepercayaan diri karena tidak bekerja atau memiliki perasaan tidak kompeten sebagai seorang laki-laki. Ketika hal itu tak diatasi tentu bisa memunculkan stres.”
Stres dapat berdampak buruk kepada kesehatan dan juga pada aktivitas seksual. “Stres dapat mengurangi gairah untuk melakukan aktivitas seksual, sehingga frekuensi untuk melakukan hubungan seksual dengan pasangan pun menurun.
Jika tidak diatasi, kepuasan seksual pasutri bisa terganggu. “Untuk mengatasinya disarankan suami-istri meluangkan waktu berdua keluar dari rutinitas untuk membicarakan kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah ekonomi yang bisa dilakukan. Dukungan dari pasangan juga dapat mengurangi kondisi stres yang dialami.”
Baca: Penyebab Pria Tak Bergairah Diajak Bercinta
akit merupakan sesuatu yang bisa terjadi pada setiap orang. Di dalam keluarga ketika salah satu pasangan mengalami sakit dan perlu waktu untuk penyembuhan maka sebisa mungkin pasangan mendukung proses kesembuhan dari pasangannya.
Terkait dengan aktivitas seksual, perlu kiranya mendapatkan informasi atau penjelasan dari dokter apakah ada larangan dalam melakukan aktivitas seksual mengingat kondisi penyakit dari pasangan.
“Konsultasi dengan dokter sangat disarankan agar keduanya bisa mendapatkan pemahaman dan solusi terkait dengan perubahan atau penundaan aktivitas seksual yang memang harus dilakukan selama proses penyembuhan.”
ATASI SEGERA
Bagaimana menyiasati problem serius yang bisa runtuhkan gairah Anda dan suami? Setiap pasutri pasti ingin aktivitas seksual mereka berlangsung lancar tanpa kendala. Berikut tips agar pasangan dapat menyikapi persoalan dengan bijak sehingga tidak mempengaruhi aktivitas seksual:
a. Suami Istri perlu melakukan komunikasi yang rutin setiap hari. Alhasil, jika ada hal-hal yang perlu diantisipasi bisa dipersiapkan oleh pasutri.
b. Suami Istri perlu untuk tetap berpikiran positif, melihat semua persoalan pasti ada solusinya. Pemikiran positif akan memungkinkan pasutri untuk menemukan problem solving atas permasalahan yang dihadapi.
c. Konsultasi dengan orangtua atau yang dituakan mengenai permasalahan yang dihadapi juga disarankan. Pasutri bisa mendapatkan masukkan atau insight dari pihak tersebut untuk bisa digunakan sebagai pertimbangan dalam proses mengambil keputusan.
d. Usahakan mencoba sejenak memisahkan antara persoalan yang dihadapi dengan waktu keintiman bersama pasangan. Coba fokuskan pada kesenangan, kenikmatan, dan kebahagiaan saat berdua dengan pasangan, sehingga kedua belah pihak mendapatkan kepuasan dengan kualitas waktu yang baik.
Hilman Hilmansyah