Diskusi Sejak Dini Turunkan Risiko Kekerasan Seksual pada Anak

By , Rabu, 28 Oktober 2015 | 03:15 WIB
Stop kekerasan seksual pada anak. (Nova)

Miris mendengar berita kekerasan seksual pada anak dalam kurun beberapa minggu terakhir. Setelah berita perkosaan sekaligus pembunuhan bocah perempuan berusia 9 tahun yang dimasukkan dalam kardus, hati kita para orangtua tentu terketuk untuk lebih waspada soal kekerasan seksual pada anak yang mungkin saja mengintai kita.

Menurut data Biro Pusat Statistik (tahun 2006) telah terjadi 99.377 kasus kekerasan seksual terhadap anak di bawah usia 19 tahun dengan 51.676 kasus di antaranya (51%) terjadi pada anak di bawah 9 tahun.

Sedangkan, dari keseluruhan kasus yang dilaporkan kepada Komnas Anak, 62,7% nya adalah laporan kasus kekerasan seksual dengan korban terbesar anak perempuan berusia 6-15 tahun. Kekerasan seksual tersebut meliputi sodomi, perkosaan, pencabulan dan incest yang dilakukan sebagian besar oleh orang yang dikenal baik anak (semisal orangtua kandung, paman, kakek, guru, bapak/ibu angkat, atau juga bapak/ibu tiri).

Lalu, bagaimana cara mencegah kekerasan seksual pada anak yang bisa saja terjadi dan menimpa buah hati kita? Apalagi, dari banyak kasus ditemukan kesimpulan jika pelaku kekerasan seksual anak seringkali datang dari lingkungan sekitar maupun orang terdekat.

Baca: Waspadai Orang Asing, Cara Cegah Kekerasan Seksual Anak Sejak Dini

Langkah utama Pertama, jangan lakukan kesalahan ini: Beranggapan bahwa kekerasan seksual TIDAK MUNGKIN terjadi pada anak-anak kita di rumah.

“Faktanya, kekerasan seksual bisa menimpa baik anak laki-laki ataupun perempuan dari golongan ekonomi manapun dengan latar belakang budaya dan agama apa pun,” tegas Hana Yasmira, Parenting Communication Specialist di HARA Parenting.

Tidak sedikit kasus kekerasan seksual pada anak justru dilakukan oleh orang-orang yang dipekerjakan orangtua untuk menjaga anak (semisal supir, pembantu, penjaga rumah, guru les, pelatih olahraga). Fakta lain, rumah adalah lokasi yang paling sering digunakan pelaku untuk melakukan kejahatannya. Karena itu orangtua harus bersikap waspada dan antisipatif.

Kedua, camkan selalu prinsip ini: Kid won’t know unless we tell. “Para pakar meyakini anak-anak yang pernah diajak membicarakan kekerasan seksual oleh orangtuanya akan memiliki peluang lebih besar untuk siap mencegah hal ini terjadi pada dirinya.” ujar Hana soal cara mencegah kekerasan seksual pada anak.

Baca: Cegah Kekerasan Seksual pada Anak dengan Pedoman Aturan Pakaian Dalam

Langkah kedua Berdiskusi dan membicarakan kekerasan seksual sejak dini. Semakin dini Anda membicarakan persoalan ini dengan anak, semakin besar peluang anak untuk terhindar dari kekejian ini.

“Tidak ada waktu yang dianggap terlalu dini untuk mulai membicarakan kekerasan seksual dengan anak. Semakin muda umur anak semakin sederhana penjelasan yang Anda berikan. Tak perlu menyertakan detail bagi anak usia di bawah 7 tahun,” tambah Hana.

Anda sudah bisa mulai mengajari si batita untuk menjaga dirinya. Namun, tentu saja sesuaikan informasi dengan umur anak dan tingkat pemahaman intelektual serta emosionalnya.

Baca: Fakta Mengerikan Tentang Kekerasan Seksual pada Anak di Indonesia

Lantas bagaimana cara memberitahukan pada anak? Yang terbaik adalah dengan berusaha membicarakan persoalan ini secara positif. Lakukan pembicaraan dan diskusi yang konstruktif seperti jika Anda ingin membantu anak memahami risiko kebakaran atau risiko bahaya lainnya. Jangan menakut-nakuti anak atau mengancamnya dengan kata-kata yang intimidatif karena bisa menimbulkan sikap paranoid anak.

Pastikan tujuan Anda membicarakan persoalan ini dengan anak untuk mencapai dua sasaran berikut: 1. Mampu memberikan anak bekal informasi seakurat mungkin tentang perilaku yang dikategorikan sebagai kekerasaan seksual. 2. Mampu memberikan panduan agar anak bisa mengatasi situasi-situasi yang berpotensi menjerumuskannya ke dalam kekerasan seksual.