Puncak acara Peringatan 60 tahun KAA di Bandung sendiri adalah Bandung Historical Walk, Jumat (25/4) lalu. Setelah Presiden Jokowi dan para tamu kenegaraaan serta delegasi Konferensi Asia Afrika (KAA) hadir di Bandung dalam beberapa rombongan terpisah, warga Bandung pun dapat menyaksikan parade Bandung Historical Walk.
Parade ini menampilkan ratusan warga Bandung yang terdiri dari anak-anak sekolah hingga orang dewasa yang mengenakan pakaian daerah dan seragam marching band membawa bendera negara-negara anggota Asia Afrika.
Sejumlah kepala negara juga mengikuti napak tilas Konferensi Asia Afrika pertama 60 tahun lalu, dengan berjalan kaki dari Hotel Savoy Homann menuju Gedung Merdeka di Jalan Braga, Bandung, Jumat (24/04).
Perjalanan para pemimpin negara dan pemerintahan sejauh 100 meter itu diiringi lagu berbahasa Sunda, Manuk Dadali, yang memiliki makna nasionalisme.
Presiden Joko Widodo didampingi Presiden Cina Xi Jinping, PM Malaysia Najib Rajak dan pemimpin negara-negara Asia Afrika, antara lain Presiden Zimbabwe Robert Gabriel Mugabe, Presiden Timor Leste Taur Matan Ruak, Presiden Presidium Majelis Tertinggi Rakyat Korea Utara Kim Yong Nam, dan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen.
Pembayun Jadi Putri Mahkota
Kabar dari Keraton Yogyakarta tentang diangkatnya puteri sulung Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, GKR Pembayun (43), sebagai putri mahkota juga menghiasi pemberitaan media massa. Setelah berganti nama, Pembayun berhak menyandang nama baru, yaitu GKR Mangkubumi Memayu Hayuning Bawono Langgeng Ing Mataram. Nama ini mengindikasikan ia adalah Puteri Mahkota kerajaan, dan pada saatnya kelak bakal menggantikan tahta ayahandanya, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Penggantian nama Pembayun muncul usai Sabda Raja kedua yang dikeluarkan Sri Sultan Hamengku Bawono X. Penobatan dan pemberian nama baru dari GKR Pembayun dilakukan Sultan HB X di Siti Hinggil Kraton, Selasa (5/5) jam 11.00. Upacara sakral dan bersejarah itu berlangsung singkat.
Menurut Sultan, upacara didahului dengan dipanggil majunya GKR Pembayun untuk duduk di Watu Gilap Siti Hinggil. Sebelumnya, GKR Pembayun hanya duduk berderet dengan adik-adiknya. “Ya sudah, dari situ ditetapkan, diberi nama baru,” jelasnya. Sayang, penobatan yang berlangsung tertutup itu tidak dihadiri adik-adik Sultan. Yang terlihat hanya Permaisuri GKR Hemas berikut putri-putri dan menantu.